‘senja membawa kisah
sebuah cerita tentang makna
lihatlah
bahwa senyum dan canda diantara mereka
itulah yang ada
ternyata,
persabahatan itu indah adanya’
Sepotong cerita di RM Saung Intan, 14 November 2015
------------
Indah silaturahmi dalam bentuk kopi darat antara sesama kompasianer adalah sebagai bukti bahwa persahabatan itu indah. Dua komunitas kompasiana bertemu dan membuat suasana di hari itu menjadi ajang bak para pujangga beraksi di atas pentas.
Rumpies The Club (RTC) dan Kompasianer Nekad (KONEK) secara bergandengan tangan berpuisi ria di RM Saung Intan yang beralamat Jl. Raya Tropodo 81 (sekarang menjadi Jl. Letjen Suprapto ), Tropodo, Waru – Sidoarjo.
Rumpies The Club sebagai ‘tuan rumah’ mewajibkan para kompasianer yang hadir untuk membawakan puisi karya mereka atau juga bisa membawakan karya orang lain.
Bisa di bayangkan, jika para kompasianer bertemu. Canda, tawa dan celoteh yang terkesan menggila selalu mewarnai diantara kami.
Tepat jam 15.13 Ay Mahening datang dan disitu sepertinya lebih dulu Siti Nurhasanah SWD, Sam Trader dan Arif Khunaifi sudah hadir walau baru saja memarkirkan kendaraannya. Sam Trader dan Arif Khunaifi mencari tempat untuk berkumpul dan mereka memutuskan di saung no. 4. Sedangkan Ay Mahening dan Siti Nurhasanah pergi ke counter untuk memesan beberapa menu masakan.
Dan satu demi satu sahabat berdatangan. Ada Little Purple Sandal dan Maz Nuz dari Mojokerto, ada Mbak Avy, Naftalia dan Ay Mahening dari Sidoarjo, Siti Nurhasanah dari Gresik, Buyut Trader, Arif Khunaifi, Kembang Jagung dan Tamam Medunten dari Surabaya, Tamita Wibisono dari Madiun dan seorang sahabat rumpies yang mungkin masih belum banyak tahu apa itu kompasiana dan yang bersangkutan adalah salah satu pengisi acara sastra di RRI Surabaya dan RRI Semarang mbak Denting Kemuning.
Dan ada salah satu kompasianer yang sebenarnya ingin sekali dan sangat antusias hadir di acara tersebut, tetapi karena suatu hal akhirnya gagal semua rencana beliau. Semoga lain waktu dan kesempatan kita bisa berkumpul bersama pak Akhmad Fauzi.
Bisa dikatakan acara tersebut sangatlah sederhana dan biasa. Tapi makna persabahatan terasa kental sekali di lihat dari canda dan sapa mereka semua. Walau mereka sudah sering bertemu tetapi acara ngumpul bareng dalam balutan tantangan puisi menjadi istimewa. Tidak di pungkiri jika passion seseorang itu juga tidak bisa di paksakan. Seperti kompasianer Naftalia, dia bilang ini bukan zona amanku. Walau hampir semua meminta untuk berpuisi, dia hanya bilang ‘mending aku di hukum untuk memberikan konsultasi psikologi dech’
Kompasianer Naftalia mengatakan bahwa dirinya merasa sering disebut orang gila karena selalu suka mengambil gambar orang lain dan menuliskannya atau lebih di sebut seperti seorang wartawati. Tapi dia sangat heran dan merasakan takjub, ternyata setelah banyak berkumpul dengan kompasianer lain akhirnya dia mengatakan “ini lebih gila dari aku”. Itulah seni dan hebohnya jika para kompasianer berkumpul.
Setelah semua berkumpul sesuai rencana awal, jika yang hadir wajib membaca puisi. Satu persatu mulai membacakan puisinya masing-masing. Ada yang serasa enjoy dan ada yang sangat grogi membacanya. Disitulah hebohnya, ada tepuk tangan, ada yang mengambil foto dan ada yang merekamnya juga.
Habis makan melakukan ibadah sholat maghrib bergantian dan kemudian di lanjutkan acara pembacaan puisinya. Tepat sekitar jam 19.00 acara di bubarkan. Berhubung ada salah satu kompasianer yang menunggu go-jek, maka dari pada menunggu sambil bengong diisi menyanyi di ruang utama resto.
--------
Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini, ingin ku kenang selalu....
-----------
Terimakasih Sahabat Rumpies
Terimakasih KONEK
Tanpa kalian semua tidaklah akan seru acara kami.
Salam Persahabatan
Salam Rumpies
Rumpies The Club, 17 November 2015
Untuk melihat aksi dari salah satu Sahabat Rumpies membacakan puisi 'GILA' silahkan di lihat disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H