Bisa dikatakan acara tersebut sangatlah sederhana dan biasa. Tapi makna persabahatan terasa kental sekali di lihat dari canda dan sapa mereka semua. Walau mereka sudah sering bertemu tetapi acara ngumpul bareng dalam balutan tantangan puisi menjadi istimewa. Tidak di pungkiri jika passion seseorang itu juga tidak bisa di paksakan. Seperti kompasianer Naftalia, dia bilang ini bukan zona amanku. Walau hampir semua meminta untuk berpuisi, dia hanya bilang ‘mending aku di hukum untuk memberikan konsultasi psikologi dech’
Kompasianer Naftalia mengatakan bahwa dirinya merasa sering disebut orang gila karena selalu suka mengambil gambar orang lain dan menuliskannya atau lebih di sebut seperti seorang wartawati. Tapi dia sangat heran dan merasakan takjub, ternyata setelah banyak berkumpul dengan kompasianer lain akhirnya dia mengatakan “ini lebih gila dari aku”. Itulah seni dan hebohnya jika para kompasianer berkumpul.
Setelah semua berkumpul sesuai rencana awal, jika yang hadir wajib membaca puisi. Satu persatu mulai membacakan puisinya masing-masing. Ada yang serasa enjoy dan ada yang sangat grogi membacanya. Disitulah hebohnya, ada tepuk tangan, ada yang mengambil foto dan ada yang merekamnya juga.
Habis makan melakukan ibadah sholat maghrib bergantian dan kemudian di lanjutkan acara pembacaan puisinya. Tepat sekitar jam 19.00 acara di bubarkan. Berhubung ada salah satu kompasianer yang menunggu go-jek, maka dari pada menunggu sambil bengong diisi menyanyi di ruang utama resto.
--------
Kemesraan ini, janganlah cepat berlalu
Kemesraan ini, ingin ku kenang selalu....
-----------