Mohon tunggu...
Rumondang  Damanik
Rumondang Damanik Mohon Tunggu... Trainer -

I'm an anthusiastic and energic woman, Eager to learn, Sosialable and fun in doing jobs

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sampah Jadi Duit

17 April 2019   20:45 Diperbarui: 17 April 2019   21:01 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Minggu lalu aku menjambangi rumah pengusaha kertas yang sukses di daerah Taman Cibodas Tangerang. Area pengerjaan kertas yang terlihat kumuh ini tidak seperti yang terlihat pada gambar. 

Orang yang memiliki usaha ini masih muda dan berbakat. Awalnya merintis usaha yang tidak banyak digemari orang ini, dengan tertatih tatih dan jatuh bangun. 

Mengubah sampah kertas bekas menjadi kertas yang digunakan di perkantoran atau pun di toko kertas dan foto copy. Dan saat ini sudah banyak perusahaan yang memakai jasa pengerjaan kertas dan juga pemesanan kertas yang akan didistribusikan ke perusahaan dan toko toko kertas.

Tidak terlalu luas namun suasana dan kondisi tempat ini sangat menginspirasi saya, untuk menuliskan kisah di balik suksesnya mereka. Dibekali ilmu yang sederhana dari majikannya yang terdahulu, diam diam mereka mencuri ilmunya sebagai karyawan selama bertahun tahun gajian pada sang majikan, namun bertambahnya usia dan kebutuhan yang semakin melonjak membuat pak Saragih ini berpikir keras untuk membuka sendiri dan merintis dari nol.

Jatuh bangun suatu usaha adalah hal yang biasa. Memiliki seorang istri yang setia dan cantik membuatnya semangat dan bangun dari keterpurukan. Istri yang setia dan rendah hati, itulah kunci dari keberhasilannya. Sang istri ibu Silalahi yang ramah dan bersahabat menuturkan. "Tidak ada usaha yang mulus, demikian juga perjalanan hidup seseorang, jalani dan syukuri".

Ibu dua anak ini juga tidak mau diam, sellain mendukung suaminya dalam usaha kertas, diam diam dia buka usaha tas di daerah Jati Uwung. Awalnya ia menyewa toko atau kios untuk menjual tas, namun karena omset tidak mencukupi untuk menggaji karyawan dan termasuk maintanance toko seperti listrik air dan keamanan, akhirnya dia memilih jualan di emperan toko dengan gerobak.

Saya terheran heran dengan usaha dan kerja kerasnya. Saya jadi malu pada diri sendiri. Sudah memiliki banyak uang dan rumah mewah serta beberapa asset lainnya, dia tidak malu jualan di gerobak. 

Wajah cantiknya tak membuat dia gengsi dan sombong. Justru dengan segala kerendahan hati dan kesederhanaannya membuat dia semakin disenangi banyak orang.

Di sela sela wawancara yang tidak panjang, kami menyempatkan diri berpose di tempat kumuh yang menghasilkan jutaan bahkan puluhan juta setiap harinya. Belajar banyak dari wanita satu ini, bersyukur dan melakukan yang terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun