Mohon tunggu...
Embie Cnoer
Embie Cnoer Mohon Tunggu... -

Anggota Lab Taeter Kecil Arifin C Noer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Syukur

4 April 2015   10:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:33 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

( Sudahkah Indonesia Bersyukur ? )

SYUKUR

Syukur atau sukur adalah berterimakasih di saat kita hidup memperoleh sesuatu yang menyenangkan, membahagiakan, menggembirakan, membanggakan, melegakan.

Kata Imam Gazali: "Kebahagiaan duniwai adalah sesuatu yang ganas, maka jinakkanlah dia dengan kebersyukuran"

Memperoleh sesuatu yang menyenangkan, membahagiakan, menggembirakan, membanggakan, melegakan - sensasinya mudah membuat lupa diri, lupa ingatan, lupa daratan dan lupa segalanya karena diri sedang mabuk kebahagiaan, mabuk kegembiraan, mabuk kebanggaan, mabuk kelegaan, mabuk kekuasaan.

Syukur adalah perbuatan terimakasih yang lurus. Adalah optimalisasi, maksimalisasi pada setiap anugerah yang diterima. Uang seratus ribu rupiah atau sebidang tanah yang dimiliki harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jabatan, gelar, keahlian, kecantikan, kekuatan, kesehatan harus bermanfaat seluas-luasnya.

Saat diri mengamalkan perbuatan terimakasih yang lurus pun, senantiasa menjaga dari perbuatan yang bertentangan dengan kebersyukuran; sombong, ria, bangga diri.

Kelak, jika seluruh kebersyukuran dirasa sudah lunas diamalkan maka saatnya melakukan penghayatan kebersyukuran paling terakhir, yakni menghayati sungguh-sungguh dengan mendalam, bahwa semua keberhasilan dalam kebersyukuran bukanlah keberhasilan dari kemampuan diri kita karena 'tak ada daya dan kekuatan apa-apa' untuk melakukan apa pun tanpa ridha dari Tuhan Yang Maha Esa.

Sudahkah Indonesia bersyukur? Apakah segala potensi yang menyenangkan, membahagiakan, menggembirakan, membanggakan, melegakan yang dimilikinya sudah dijinakkan sehingga tidak menjadi sesuatu yang ganas dan mengganaskan?

Atau dengan kata lain - apakah keganasan yang terjadi belum juga berarti menggugah untuk segera berbuat; diperbaiki segalanya dengan cara bersyukur. Dengan cara optimal, maksimal; khusyuk, total dan kaffah, konprehensif.

Korupsi dan semua dekadensi yang terjadi, tak akan dapat ditanggulangi oleh sistem apa pun manakala di sistem itu kita semua tak ada di dalamnya. Saatnya Seluruh Indonesia Menyeluruh menyatukan mulut dengan hati dengan fikiran dengan gerak langkah kakinya. Dengan totalitas Indonesia Menyeluruh bekerja bahu-membahu menjinakkan keganasan budaya horisontal dan budaya vertikal.

ecn@2015.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun