Yang menarik dilingkungan jalan dikota itu, aku menemukan situasi yang beda. Ini layaknya normalnya kota, serasa bukan di Arab. Betapa tidak ? Ada orang naik sepeda onthel, walau satu dua orang saja dan tidak jauh pula. Ada juga sepeda motor gede yang sesekali lewat, tapi yang naik juga petugas resmi. Ada anak muda jalan memakai kaos oblong bercelana pendek, pegang hape denga telinga dipasang headset pula. Ada wanita turun dari taksi, tanpa jilbab dan rambut disemir pirang. Ada anaak-anak bermain bola di amping rumah yang pintu pagar temboknya terbuka. Bahkan bolanya sempat mencelat keluar tembok dan jatuh ditanah kosong sebelah. Anak-anakitupun keluar mengambilnya. Benar-benar kayak suasana di negeri kita.
   Dan tak jauh dari pasar kecil tempat kami istirahat ditepi jalan itu, saat kami sudah naik bus menuju ke bandara, ada supermarket semacam indomart yang memiliki halaman yang lumayan lapang, ada pepohonan dan tempat duduknya. Dan yang terlihat " istimewa " ada orang yang nongkrong disitu berpenampilan Arab kostumnya. Ini baru kota " yang hidup " sebagaimana layaknya kota yang lazim kita kenal sebelumnya.
Itulah dunia Arab yang aku kemal selintas saat melakukan ibadah umroh. ( Tamat )