Mohon tunggu...
Ruminto
Ruminto Mohon Tunggu... Guru - Back to Nature

Senang membaca dan menulis, menikmati musik pop sweet, nonton film atau drama yang humanistik dan film dokumenter dan senang menikmati alam.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sekilas, Selintas, Namun Membekas

26 Mei 2024   05:45 Diperbarui: 26 Mei 2024   06:13 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, sahabat tuaku itu mencoba untuk bertahan sejenak, dan itu tidak mudah, agar aku bisa menyentuh Ka'bah. Aku pun jadi tambah semangat dan  berusaha sekuat tenaga sambal berdo'a dan .... Alhamdulillah berhasil juga akhirnya. Untuk mundur keluar pun tidak mudah, karena dorongan desakan dari belakang dari mereka yang ingin menyentuh Ka'bah juga. Disaat itu ada seorang jama'ah perempuan malahan yang berkata menegur;  " udah pak gantian ", kujawab ; " Ya, ini juga mau keluar ", lalu dia bilang ; " ya, sini pak saya bantuin dikit ". Siapa orang itu saya tidak tahu dan saya juga tidak melihat karena di belakangku posisinya.

Drama " mini kata "

Diluar " kita ", ada " mereka ". Mereka adalah orang asing; bisa orang Arab itu sendiri, orang Afrika atau orang Pakistan , atau orang Korea dan sebagainya ? Mungkinkah kita berinteraksi dengan mereka dengan keterbatasan bahasa yang " kita derita " ? Sangat mungkin, walau cuma selintas dan sekilas tapi juga tetap membekas.

Misalnya saat kami di Madinah. Di dalam lif, di tempat penginapan. Mini kata,seru sapa, tapi akrab. Gara-gara didalam lif boleh dikata seringnya jumlah kami yang dominan, di banding jumlah mereka. Apa lagi penam[ilan kami khas, berpeci da bersarung. Karena sering bertemu, saling anggu atau senyum tegambar juga, biasa, karena jumlah kami lebih banyak, jadi lebih " berani ", maka diantara kami ada yang iseng ngomong sekenanya saja; " Do you from ? " Ia pun mejawab; " Pakistan, and you ? " jawabnya sambal tanya balik. Teman kami pun menjawab " Indonesia !" Diantara kami yang dekatdengan orang itupun lantas saling berjabat tangan. Nah, sejak saat itu, bila bertemu di dalam lif, atau kami keluar dari lif, orang Pakistan itu berseru ;"  Indonesia !" dan kami membalas ; " merdeka ! " sambal sama-sama tertawa. Lucu dan aman, jadi tidakditangkep askar alias polisi.

Demikian pula dengan tukang sapu di masjid Nabawi. Kadang diantara kami ada yang menyelipkan uang sambal berjabat tangan, memberi sodaqoh.  Dari situ kami bisa komunikasi sepatah dua patah kata, sehingga tahu mereka -- para petugas kebersihan kebanyakan - dari Bangladesh. Bila kami bertemu di halaman masjid, kadang ada sapaan; " Apa kabar ?"

Dan yang terakhir, walaupun mini kata, saya pribadi sempat berkenalan juga dengan seorang jama'ah Umroh dari Uzbekistan, saat sama-sama sedang menanti sholat subuh.

Semua itu Cuma sekilas, selintas tapi membekas.

selfie bareng dengan orang Uzbekistan ( dok.pribadi)
selfie bareng dengan orang Uzbekistan ( dok.pribadi)

begitu dekat ( dok.pribadi )
begitu dekat ( dok.pribadi )

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun