Mohon tunggu...
Rumingkang Tumarima
Rumingkang Tumarima Mohon Tunggu... Dosen - KOPI PAHITPUN SELALU MENEMUKAN PENIKMATNYA

JUST DO IT

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komersialisasi Pendidikan

28 Oktober 2021   11:52 Diperbarui: 28 Oktober 2021   12:00 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

rasanya sesak napas.... ditengah diambang resesi ekonomi, bencana kemanusiaan biaya sekolah semakin tidak terjangkau.... rasanya sudah pengen hijrah ke singaparna kalau liat keadaan seperti ini.... hanya sebotol kopi rakyat dan sebatang joran sebagai modal mengais rezeki hari ini................... semoga Allah senantiasa memudahkan segala urusan kita semua.

salah satu tujuan dibentuknya republik ini adalah keadilan seluruh rakyat Indonesia, sudahkah kita mendapatkan keadilan tersebut? jawabannya tergantung dari mana kita memandangnya atau dari perpekstif mana kita menganalisanya, meskipun ekonomi kita menganut azas ekonomi pancasila tetapi pada kenyataannya ekonomi kita terjerumus pada ekonomi capitalis dimana ekonomi dikuasi para pemilik modal dan hukum rimbapun berjalan siapa yang kuat dialah yang menang yang lemah akan binasa. salah satu sektor yang yang sangat memprihatinkan adalah dunia pendidikan.

dunia pendidikan merupakan salah satu departemen yang mendapatkan alokasi anggaran dalam APBN sesuai dengan amanat undang-undang yang sudah berjalan sampai saat ini demi terwujudnya cita-cita bangsa ini yang telah diamatkan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. tentunya dengan besarnya anggaran diharapkan dapat berkorelasi dengan naiknya kualitas pendidikan Indonesia dengan naiknya kualitas SDM Indonesia yang pada akhirnya akan menurunkan tingkat kemiskinan ditanah air.

tetapi kenyataan yang terjadi dilapangan tidak sepenuhnya terjadi dilapangan, meskipun anggaran yang dialokasikan pemerintah sangat besar untuk dunia pendidikan dari mulai kesejahteraan guru, dosen melalui sertifikasi pendididik, bantuan operasional sekolah (BOS) dan kartu Indonesia Pintar dan banyak nya beasiswa beasiswa bagi masyarakat prasejahtera untuk bisa bersekolah kejenjang lebih tinggi, tetapi masih saja masyarakat merasa semakin mahal dalam dunia pendidikan hal ini diakui atau tidak masih banyaknya sekolah sekolah menjadikan pendidikan menjadi ajang komersialisasi layaknya sebuah supermarket semua semua yang dibutuhkan dalam operasional pendidikan dan pengajaran sekolah menyediakannya asalkan mampu membelinya.

instrumens intrumen dalam dunia pendidikan yang biasanya atau pada umumnya terjadi yang dilakukan oleh sekolah sekolah tertentu adalah

pertama adalah uang bangunan ini terjadi di sekolah negeri maupun swasta yang semakin lama semakin besar kenaikannya meskipun tidak ada transparansi pertanggujawabannya ke orang tua wali tapi tetap saja uang bangunan ini tetap ada dan semakin lama semakin tinggi apalagi disekolah sekolah favorit yang harga selangit kadang menyesakan dada, mungkin kalau di swasta masih kita maklumi karena biaya operasional sebagian besar adalah dari SPP tetapi kalau di sekolah negari rasanya tidak begitu bijak memungut uang bangunan yang tinggi karena biaya operasional sebagian ditanggung oleh negara.

 kedua adalah seragam dimana sekolah mewajibkan seragam membeli dikampus dengan berbagai jenis seragam dari mulai yang wajib, sunat bahkan sampai yang makruh tetapi wajib dibeli dengan harga yang telah ditentukan oleh sekolah padahal tidak semua orang tua wali mampu membelinya akhirnya meskipun dengan mengutang kesana kemari orang tua rela demi anak tercintanya.

ketiga adalah LKS / Buku sekolah sekolah berkerjasama dengan berbagai percetakan dalam pengadaan LKS/BUKU setiap semester dan mewajibkan para murid untuk membelinya tentu saja ini sangat menggiurkan bagi sekolah karena kalau pembelian partai harga 40-45% lebih murah dan sekolah menjualnya dengan harga pasar. meskipun LKS/BUKU itu sangat baik tetapi dengan mewajibkan kepda semua murid rasanya tidak bijak apalagi saat ini kondisi ekonomi lelu dan diambang resisi ekonomi dimana pertumbuhan ekonomi Indonesia dua tahun terakhir dibawah 1% salah satu yang mempengaruhinya adalah turunnya daya beli masyarakat dan kapasitas produksi disektor real melemah.

kempat adalah studytour meskipun dalam proposal staditur adalah sangat baik tetapi kadang tidak rasional misalnya tingkat SMP di Sukabumi melakukan staditur ke Yogyakarta yang jaraknya hampir 400 km dengan usia dan fisik yang masih dini dan tujuanya hanya mengunjungi tempat tempat wisata wisata, dengan harga yang fantastis tentu saja sangat mudah membacanya berapa selisih anggarannya dari kegiatan ini tentunya panitia dan sekolahlah yang di untungkan. memang sekolah tidak memaksa tetapi namanya anak-anak kalau temannya ikut sedangkan dia tidak ikut akhirnya orang tua dengan berat hati mencari biaya sampai menggadaikan sepeda motor agar anak tercintanya bisa mengikuti staditur.

besarnya anggaran bagusnya regulasi pendidikan yang diterapkan tetapi tidak menjamin pada naiknya kualitas pendidikan kita, malah yang terjadi masih maraknya komersialisasi pendidikan yang tentunya sangat memberatkan bagi ekonomi kelas menengah kebawah. semoga saja para pemimpin kita yang berkorelasi dengan pendidikan seperti mas mentri pendidikan dan kebudayan, dirjen pendidikan peka dan selalu mengevaluasi kebijakan-kebijakan sekolah yang sangat merugikan bagi orang tua.

tidak ada niat menjelekan atau memiliki visi misi tendesius hanya sekedar masukan dan saran bahwa pendidikan mutlak atau wajib bagi seluruh rakyat indonesia agar terhidar dari kebodohan dan kemiskinan tetapi jangan sampai kebijakan sekolah hanya mengutungkan sekolah dan sangat merugikan orang tua wali melalui komersialisasi pendidikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun