Mohon tunggu...
Arum Rumidz
Arum Rumidz Mohon Tunggu... -

berlari tuk mengejar mimpi,

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Ku Ingat

9 Februari 2011   03:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:46 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

seperti biasa, pagi ini Aku duduk sembari menikmati pekerjaanku. tiba-tiba muncul keinginanku tuk kembali menulis. hanya saja yang ku tulis ini hanya yang ku ingat saja. Sebab seingatku waktu dulu aku masih sekolah, Aku serta teman-temanku pernah diingatkan oleh guru kami, Guru Bahasa Indonesia kami.

hem....

menjadikan Aku semakin kangen dengan guruku,

"Anak-anak ku kalian adalah anak ku, meski nyatanya kalian tidak lahir dari rahim ku namun, kalian adalah anak ku." ujarnya di depan kelas.

wow....

Suasana kelas mendadak jadi hening, dan semua yang ada terpaku menatap guru Bahasa Indonesia itu.

Luar biasa .... ! gumam ku dalam hati. Baru kudapi guru yang demikian itu.

" Anak ku, Akulah pelayanmu di sini, Akulah abdimu untuk masa depanmu." Lanjutnya.

Memang secara fisik, Dia tak menarik, guruku itu kurang tinggi, panjang rambutnya hanya sebahu, di juga mengenakan kaca mata untuk membantunya melihat. Dulu ketika Aku belum kenal Dia, seperti saat ini, Aku selalu merasa takut jika melihatnya, karena kalau Dia dilihat,emmbb....... keliatan galak. Tapi kini aku tak hanya tau, tapi Aku juga mengenalnya. KAGUM.......

Yang ku ingat.....Dia mengatakan demikian, " Anakku, Aku tak kan marah jika kamu tidak memperhatikan aku, tapi perhatikanlah apa yang aku sampaikan, Aku tau kalian tidak butuh aku, hanya saja yang kalian butuhkan adalah yang akan aku sampaikan ini. Aku mengerti bahwa kalian mempunyai masalah, masalah pacar, masalah uang, dan masalah-masalah yang lainnya. Anak ku lupakanlah sejenak masalah mu dan lanjutkan kehidupan mu sebagai pelajar."

kamipun masih terdiam, mencoba menelaah semua ucapannya. Belum behenti kami berpikir Dia melanjutkan bicaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun