Mohon tunggu...
Rumah Belajar BEM UI
Rumah Belajar BEM UI Mohon Tunggu... Lainnya - -

Rumah Belajar (Rumbel) BEM UI merupakan salah satu program kerja Departemen Sosial Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa UI (BEM UI) yang bergerak di bidang pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kajian Pendidikan dan Kurikulum: Rumbel BEM UI x SNF FEB UI

24 Desember 2020   18:11 Diperbarui: 24 Desember 2020   18:30 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rentjana Pendidikan 1952 dan 1964 merupakan pembenahan dari kurikulum 1947 untuk pemfokusan terhadap setiap mata pelajaran dan perincian untuk memenuhi kebutuhan peserta didik akan ilmu pengetahuan. 

Pemfokusan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional dari mata pelajaran yang diatur dalam rencana pelajaran menjadi salah satu kelebihan yang dapat terlihat, tentu hal tersebut juga dikawal oleh inti awal pengembangan karakter yang dikawal oleh program Pancawardhana. 

Sistem penilaian yang diatur pun dilakukan melalui bentuk ulangan yang sesuai dengan alur waktu pembelajaran secara keseluruhan untuk menentukan kelulusan, yang pada akhirnya akan diakumulasi dan berakhir di Ujian Negara yang diatur sejak tahun 1958, murni untuk menentukan kelulusan. 

Klasifikasi pelajaran-pelajaran yang dinilai di sekolah pun dibagi menjadi lima bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. 

Salah satu kelemahan dari rencana pelajaran 1952 dan 1964 yang bisa dikatakan efeknya masih terlihat sekarang, adalah peserta didik diposisikan menjadi obyek dan bukanlah subyek. Guru dijadikan subyek sentral dalam proses transfer ilmu pengetahuan, mengecilkan peran murid murni sebagai penerima ilmu.

Pengembangan kurikulum selanjutnya pun terjadi hanya empat tahun sejak implementasi sebelumnya, yaitu Kurikulum 1968. Namun perubahan tersebut murni bersifat politis, sekedar mengganti nama dari produk pendidikan yang diterbitkan dan menggambarkan citra kurikulum sebelumnya sebagai proyek Orde lama, untuk kepentingan rezim Orde baru Presiden Suharto. 

Perubahan terbesar hanyalah penggantian fokus dari program Pancawardhana Kurikulum 1964 ke pembinaan Pancasila untuk menciptakan pribadi yang relatif berbeda dari pembinaan sebelumnya. Salah satu perubahan signifikan ialah pemfokusan ke ilmu pengetahuan yang teoritis, disebut pula oleh Djauzak Ahman, Dirpendas periode 1991-1995 bahwa Kurikulum ini "hanya memuat mata pelajaran pokok saja". 

Muatan materi pelajaran bersifat teoritis dan tidak mengaitkan dengan masalah empiris yang diributkan ataupun dipermasalahkan oleh setiap daerah yang memiliki fokus sendiri sendiri dan membina siswa sedemikian rupa untuk kepentingan pemenuhan keterampilan, kecerdasan, dan pengembangan fisik, demikian mengesampingkan mental dan pola pikir masyarakat yang merdeka dan aktif. 

Kurikulum 1975 dan 1984, yang semestinya adalah satu produk yang sama namun pada tahun 1984 lebih disempurnakan, mengutamakan pada tujuan akhir adanya proses pembelajaran, untuk pendidikan yang efektif dan efisien. Sistem penilaian pun diberikan diakhir pelajaran, atau pada akhir pelajaran tertentu. 

Kurikulum 1984 pun menambahkan teknik pembelajaran Management by Objective (MBO) tersebut dengan mengusung model Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang berfungsi untuk menjadikan murid sebagai subyek belajar. Model tersebut yang mencoba mengembangkan proses belajar agar murid dapat secara aktif mengamati, mengelompokkan, berdiskusi, hingga akhirnya melaporkan yang mereka dapatkan merupakan langkah yang tepat untuk menciptakan pribadi masyarakat madani untuk Indonesia kedepannya. Untuk menambahkan teknis tersebut, mata pelajaran inti yang berjumlah 8 ditambah menjadi 16 dan mata pelajaran lainnya yang sesuai dengan jurusan pelajaran masing-masing. 

Sangat disayangkan pada akhirnya model yang ideal tersebut mengalami deviasi dan reduksi ketika diimplementasi secara nasional dan banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA ataupun pembagian jurusan yang memiliki deviasi atas topik yang diajarkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun