Mohon tunggu...
Rumanti HS
Rumanti HS Mohon Tunggu... Guru - Guru

Perempuan yang sedang belajar untuk menjadi seorang ibu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bantal yang Berbunyi

15 Desember 2023   12:29 Diperbarui: 15 Desember 2023   13:05 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru mendengar kata opname di rumah sakit saja, perut Anita mules seketika. Tak hanya itu, keringat dingin pun seketika bercucuran seiring dengan jantung yang berdebar kencang. Seluruh sendi tulang terasa lemas tanpa daya sedikitpun.

Begitulah hal pertama yang dirasakan Anita saat keputusan terakhir untuk opname muncul dari suaminya. Terlintas lagi waktu - waktu lampau saat dirinya mendampingi sang suami opname di rumah sakit. Waktu sehari serasa setahun, dhuh, betapa lamanya bagaikan berada di dunia lainnya.

Sambil memikirkan ulang hal baik buruknya sehubungan dengan opname itu, Anita berusaha menata hati agar dapat berperan sebagai penunggu orang sakit yang sedang opname.

Dengan segenap hati dan kebesaran jiwa, akhirnya Wawan, suami Anita jadi rawat inap di rumah sakit. 

Tepat pukul 09.00, berangkatlah Wawan ke rumah sakit dengan didampingi sopir keluarga. Anita minta pada sang sopir untuk mengurus pendaftaran dan administrasinya dulu sementara dirinya akan menyusul setelah tugas pekerjaannya di kantor telah diselesaikan.

Saatnya berangkat, mendung tiba-tiba datang dan akhirnya hujan pun turun. Niat untuk segera menyusul ke rumah sakit tertunda dahulu. Okelah, mungkin hujan hendak memberikan kesempatan kepada Anita untuk rehat sejenak di rumah sekalian bersih- bersih dan merapikannya.

Rumah pun telah rapi, hati pun sudah nyaman mengantisipasi situasi yang mungkin akan terjadi di rumah sakit.

Segala sesuatunya telah dipersiapkan, Anita segera membawa motor melaju di jalan setelah sang hujan reda. Jalan yang basah dan sedikit licin tak menyurutkan laju motornya  dengan kecepatan sedang. Laju kendaraan di sekitarnya membuat dirinya mesti ekstra waspada dan berhati-hati.

Tulisan besar yang menunjukkan nama rumah sakit sudah kelihatan. Ia mulai memasuki lorong demi lorong di rumah sakit hingga akhirnya sampai di kamar tempat Wawan dirawat.

Akhirnya, Anita hanya bisa tertawa kecil saat Wawan bilang bahwa bantalnya bisa berbunyi dan suaranya semruwung di telinga

Alhamdulillah, ruangannya luas dan nyaman. Anita sedikit lega melihat keadaan itu. Akan tetapi, ada yang sedikit aneh dengan sikap Wawan yang nampak tidur dengan gelisah. Beberapa kali Wawan bangun dan terbaring lagi sambil membolak-balik bantal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun