Baru mendengar kata opname di rumah sakit saja, perut Anita mules seketika. Tak hanya itu, keringat dingin pun seketika bercucuran seiring dengan jantung yang berdebar kencang. Seluruh sendi tulang terasa lemas tanpa daya sedikitpun.
Begitulah hal pertama yang dirasakan Anita saat keputusan terakhir untuk opname muncul dari suaminya. Terlintas lagi waktu - waktu lampau saat dirinya mendampingi sang suami opname di rumah sakit. Waktu sehari serasa setahun, dhuh, betapa lamanya bagaikan berada di dunia lainnya.
Sambil memikirkan ulang hal baik buruknya sehubungan dengan opname itu, Anita berusaha menata hati agar dapat berperan sebagai penunggu orang sakit yang sedang opname.
Dengan segenap hati dan kebesaran jiwa, akhirnya Wawan, suami Anita jadi rawat inap di rumah sakit.Â
Tepat pukul 09.00, berangkatlah Wawan ke rumah sakit dengan didampingi sopir keluarga. Anita minta pada sang sopir untuk mengurus pendaftaran dan administrasinya dulu sementara dirinya akan menyusul setelah tugas pekerjaannya di kantor telah diselesaikan.
Saatnya berangkat, mendung tiba-tiba datang dan akhirnya hujan pun turun. Niat untuk segera menyusul ke rumah sakit tertunda dahulu. Okelah, mungkin hujan hendak memberikan kesempatan kepada Anita untuk rehat sejenak di rumah sekalian bersih- bersih dan merapikannya.
Rumah pun telah rapi, hati pun sudah nyaman mengantisipasi situasi yang mungkin akan terjadi di rumah sakit.
Segala sesuatunya telah dipersiapkan, Anita segera membawa motor melaju di jalan setelah sang hujan reda. Jalan yang basah dan sedikit licin tak menyurutkan laju motornya  dengan kecepatan sedang. Laju kendaraan di sekitarnya membuat dirinya mesti ekstra waspada dan berhati-hati.
Tulisan besar yang menunjukkan nama rumah sakit sudah kelihatan. Ia mulai memasuki lorong demi lorong di rumah sakit hingga akhirnya sampai di kamar tempat Wawan dirawat.
Akhirnya, Anita hanya bisa tertawa kecil saat Wawan bilang bahwa bantalnya bisa berbunyi dan suaranya semruwung di telinga
Alhamdulillah, ruangannya luas dan nyaman. Anita sedikit lega melihat keadaan itu. Akan tetapi, ada yang sedikit aneh dengan sikap Wawan yang nampak tidur dengan gelisah. Beberapa kali Wawan bangun dan terbaring lagi sambil membolak-balik bantal.