Seorang perempuan muda berusia sekitar 30 tahun berjalan dengan ragu memasuki halaman sekolah. Rambutnya sebatas bahu tergerai menutupi sebagian wajahnya. Ia berjalan dengan sedikit menunduk. Namun, sekilas ada senyum di bibirnya yang memperlihatkan sebaris giginya yang putih bersih.
"Nyari siapa, Mbak?"
"Nafis, Bu. Kelas VIIA."
"Eka, tolong panggilkan Nafis, dicari ibunya."
"Iyaa, Bu."
Eka berlari ke kelas. Beberapa saat kemudian ia datang kembali bersama anak perempuan manis.Â
Sesaat kemudian, tamu dan Nafis berhadapan dan berbicara pelan. Setelah itu, Nafis kembali ke barisan. Tamu perempuan itu hendak berjalan ke gerbang.
"Mbak, boleh tahu ada apa kok putranya disusul ke sekolahan?"
"Tadi berangkat ke sekolah agak jengkel Bu. Nyari kolong asduk tidak ketemu."
"Lha kemarin juga marah soalnya merasa minder dengan temannya."
"Lha mindernya karena apa?"
"Itu, dandanan untuk menari kok jelek tidak seperti teman - temannya."
"Kayak begitu hal biasa, Mbak. Yang sabar ya!"
"Nafis beda dengan anak - anak lainnya."
"Bedanya bagaimana, Mbak?"
"Dia lahirnya 1 Sura dan pada malam Jumat Kliwon."
Bercerita demikian itu, tamu pagi ini dengan berurai air mata. Maka, menangislah jika itu bisa mengurangi beban hatimu.
Bandar Batang,
20 Mei 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H