Mohon tunggu...
Rumah Yatim Official
Rumah Yatim Official Mohon Tunggu... -

Rumah Yatim adalah organisasi sosial tingkat Nasional yang bergerak dalam pengasuhan dan pengelolaan anak-anak yatim dan dhuafa. Mengawal mereka menuju masa depan yang lebih gemilang di tengah kesulitan dan ketidakberdayaan karena kehilangan orang tua dan himpitan kemiskinan merupakan misi dan amanah Rumah Yatim. Setelah delapan tahun berkiprah, saat ini RY telah mengelola dan memberdayakan 12.000 anak-asuh yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara. Sebagai organisasi sosial yang amanah, transparan dan profesional, selama 7 tahun kami senantiasa mengadakan audit keuangan independent dengan hasil Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Alhamdulillah kini keberadaan Rumah Yatim semakin dirasakan oleh masyarakat Indonesia, terbukti dengan banyaknya jumlah anak-anak yang dikelola dan diberdayakan serta bertambahnya jumlah donatur dari tahun ke tahun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hebat, Dua Anak Yatim ini Sudah Hafal Al-Qur'an 6 Juz

4 Agustus 2017   11:12 Diperbarui: 4 Agustus 2017   15:51 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajahnya hampir serupa, berkulit putih dan ganteng. Kegemarannya pun sama yakni menghapal Al-Qur'an dan diusia belia mereka sudah mampu menghapal 6 juz ayat Al-Qur'an, Mereka adalah kakak beradik penghapal Al-Qur'an dari Rumah Yatim. Ada Anis yang kini duduk dibangku SMP dan Muhammad Hamid yang duduk dibangku SD.

Mereka dilahirkan dari Rahim Omah Siti Rohmah dan Bapak mereka bernama Hasan yang sudah meninggalkan mereka sejak lama akibat sakit komplikasi. Bahkan sibungsu Hamid tidak pernah mengenal ayahnya karena saat ayah mereka meninggal Hamid masih dalam kandungan ibunya.

dok.pribadi
dok.pribadi
"saat abinya meninggal, saya tidak tahu kalau saya sedang mengandung 1 bulan." Ungkap Omah. 

Hamid pun dilahirkan tanpa kehadiran sang ayah, ditengah kesendiriannya membesarkan 6 anaknya Omah pun harus berjuang mencari nafkah, tapi Omah beruntung kala itu masih ada gaji pensiunan guru PNS sejumlah Rp. 600.000/ bulan dan sisa dari sumbangan yang akhirnya dijadikan modal usaha untuk mencukupi kebutuhan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Saat ditinggal Abinya anak tertuanya Hawari masih duduk dibangku SMP. Awalnya usahanya berjalan mulus namun ditengah kebutuhannya yang semakin bertambah Omah harus mengalami kebangkrutan. Omah tak pernah putus asa dia selalu yakin dimana ada kesulitan pasti ada kemudahan, berselang tak begitu lama ada penawaran kepada anak-anaknya untuk tinggal di Rumah Yatim Bandung. Cukup lama menjadi bahan pertimbangan namun dia ingat kata-kata almarhum suaminya, untuk menyekolahkan anaknya di pesantren. Dengan tekad kuat tak hanya ke 6 anaknya dia pun memutuskan untuk membantu pihak Rumah Yatim membantu anak-anak yang senasib dengan putra putrinya.  

dok.pribadi
dok.pribadi
Buah dari Keyakinan

Setelah diam di asrama, meski harus terpisah dengan semua anaknya karena berbeda asrama, namun Omah percaya Allah yang akan menjaga anak-anaknya dan tentu memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada pengurus, bahwa mereka akan mendidik anak-anaknya sesuai harapannya dan amanah dari almarhum bapaknya. Dan kini terbukti harapan alhmarhum bapaknya agar anak-anaknya bisa sekolah di pesantren dengan keidentikannya mencetak para hafidz terjadi pada anak-anaknya terutama Anis dan Hamid yang kini sudah menghapal 6 juz al-quran, belum ditambah sederet prestasi pun didapat dari kedua adik kaka itu, baik itu nilai akademik yang selalu unggul karena selalu berada di 3 besar, ditambah mereka pun sering menjuarai perlombaan tahfidz tingkat SD dan SMP.

"Alhamdulillah, memiliki anak-anak seperti mereka." Papar Omah. 

Omah melihat kedua anaknya tersebut, terutama Hamid yang bercita-cita ingin menjadi Ustadz ini selalu rajin belajar sejak kecil. Ketertarikannya pada pelajaran tak pernah Omah suruh-suruh atau memaksa keinginan mereka namun Hamid Kecil selalu belajar dan mengaji walau dalam keadaan sakit sekalipun. Namun berbeda dengan Anis, Anis tidak begitu rajin belajar namun entah kenapa prestasinya tidak pernah menurun dia selalu saja dirangking teratas. Untuk belajar tahfidz sendiri kedua anak-anak ini memiliki fasilitas yang memadai untuk itu karena di sekolah mereka yakni Anis di SMP IT BIU ada kurikulum diniah yang mengharuskan siswa-siswinya untuk menghapal Al-qur'an, sedangkan Hamid di SD Elfitra yang juga menerapkan kurikulum yang serupa belum dukungan di asrama mereka yakni Anis di Lodaya dan Hamid di Antapani juga menerapkan kurikulum kediniahan, mereka terus diasah untuk menghapal Al-qur'an. Maka tak heran mereka kini menjadi para hafidz dan hafidzah terbaik Rumah Yatim.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun