Mohon tunggu...
Diah Ku Di Usumawati
Diah Ku Di Usumawati Mohon Tunggu... -

Bu Diah lahir di Bogor 4 Maret '64. Menjadi guru dan aktif dlm kegiatan sosial merupakan passion ibu dari empat anak ini. Pernah menjadi dosen dan guru SMA, namun ia merasa cocok mengajar di SMP. Bu Diah menyelesaikan sekolah dasarnya di SD Besuki Menteng, menengahnya di SMP SIK (Kuala Lumpur) dan SMPN 9 serta lanjutannya di SMAN 4 Jakarta. Ia meraih sarjana Matematika dari Universitas Indonesia. Ketika mendampingi suaminya sekolah di LN, Bu Diah sempat mengenyam pendidikan pascasarjana di bidang Mathematics Education di North Carolina State University ('89-'91), AS. Ia pernah pula tinggal di Tokyo, Jepang ('94-'95)menemani suami sekolah. Sepulangnya ke tanah air, Bu Diah sempat mengikuti kuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Al-Hikmah, Jakarta. Saat ini ia aktif mengurus Yayasan Qurrota Ayuni dan ACM Muslimah Sport Center sebagai salah satu direksi. Perempuan yang senang membaca dan menulis ini telah menelurkan sebuah novel berjudul “Gerbong Kehidupan”, dan sekumpulan cerpen.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jangan Pergi Umroh!

22 Januari 2015   05:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:38 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan pergi umroh? Ngga takut berdosa, melarang orang umroh?

Sebelum saya menjawab pertanyaan di atas, saya sampaikan terlebih dahulu kisah berikut ya.

Ini cerita tentang seseorang yang bernama Abdullah bin Mubarak.

Ketika Abdullah bin Mubarak melakukan haji, beliau tertidur di Masjidil Haram. Dalam tidurnya beliau bermimpi melihat dua malaikat turun dari langit. Kedua malaikat itu terlibat perbincangan, sebutlah namanya malaikat A dan B.

A: "Berapa banyakorang yang mengerjakan haji tahun ini?"

B: "Enam ratus ribu orang."

A : "Di antara 600,000 ribu orang yang berhaji itu, berapa banyakkah yang diterima hajinya?"

B: " Hanya seorang saja yang hajinya diterima, namanya Muwaffaq. Dia adalah seorang tukang sepatu yang tinggal di Damsyik.Dia tidak berhaji tetapi hajinya diterima. Maka berkat haji Muwaffaq ibadah haji seluruh 600,000 jamaah diterima."

“BREAK …break … tidak berhaji tapi hajinya diterima? Apa pula ini? Tidak masuk akal L.

Ok. Dilarang protes J. Lanjutkan dulu kisahnya ya.

Abdullah terbangun dari tidurnya. Ia sungguh terkejut dengan kisah dalam mimpinya itu. Begitu waktu dan kesempatan memungkinkan, ia segera berangkat ke Damsyik.

Sesampainya di sana, dia mencari-cari tukang sepatu yang disebutkan dalam mimpinya. Setelah bertanya ke sana ke mari akhirnya dia dapat menemukan rumah tukang sepatu itu.

Begitu bertemu dengan Muwaffaq ia menanyakan, kiranya amalan apa yg dilakukannya sehingga mencapai derajat yang tinggi,

"Aku ingin menunaikan haji, tetapi kondisi keuanganku tidak memungkinkan. Tetapi dengan cara yang mendadak dan tak terduga, aku mendapat uang 300 dirham dari kerja menambal sepatu, lalu aku niat untuk berhaji pada tahun ini”.

"Isteriku sedang hamil. Suatu hari ia mencium bau makanan dari rumah tetanggaku dan ia ingin memakan makanan yang berbau sedap itu.Lalu aku pergi ke rumah tetanggaku dan aku ketuk pintu. Kemudian keluar seorang wanita, maka aku pun beritahu hajat isteriku itu kepadanya.

" Tetanggakuitu berkata : "Oleh karena kamu tidak tahu keadaanku maka aku terpaksa memberitahumu, sebenarnya anak-anak yatim ku sudah tiga hari tidak makan karena itu aku keluar mencari makanan. Sewaktu aku mencari makanan, aku bertemu dengan bangkai himar, maka aku potong sebagian dagingnya lalu aku masak . Maka makanan ini adalah halal untuk kami dan haram untuk kamu."

Aku trenyuh mendengar kata-kata wanita itu maka aku pulang ke rumah dan mengambil 300 dirham yang ada padaku lalu aku berikan kapada wanita itu dan aku katakan kepadanya : "Belanjakan uang ini untuk anak-anakmu. Dan aku berkata pada diriku : Hajiku di muka pintu rumahku (Rumah tetanggaku) maka kemanakah aku akan pergi.

Nah, belajar dari kisah di atas. Maka penulis berani menulis judul di atas. Semoga Allah memaafkan kekeliruan saya J. Judul artikel ini, penulis peruntukkan bagi kaum muslimin muslimah yang di sekelilingnya masih banyak kaum dhuafa. Apalagi kalau sudah melaksanakan Haji untuk yg pertama kalinya, haji dan umroh wajib. Kalaupun sangat rindu untuk pergi ke tanah suci aturlah waktunya. Jangan sampai terlalu sering. Kecuali pembimbing haji dan umroh tentunya.

Kalau saja biaya umroh yang besarnya sekitar 2000 dollar atau 20 juta dialihkan, tentunya banyak anak-anak dhuafa yang bisa memutuskan rantai kemiskinan.Perlu kita ingat lagi bahwa kefakiran, kemiskinan bisa mendekatkan kepada kekafiran.

Betapa banyak kaum dhuafa di sekitar kita yang sangat membutuhkan biaya. Baik untuk makan sehari-hari ataupun untuk pendidikan. Baru-baru ini ada cerita yang menyedihkan di salah satu koran langganan saya.

Seorang pedagang pecel menyambangi rumah-rumah untuk menawarkan pecel buatannya setiap hari. Pecelnya sedep, tidak kalah dengan pecel buatan restoran terkenal. Banyak orang yang berlangganan dan setiap hari ada saja yang menunggu kedatangannya.

Pada suatu hari ia tidak kunjung datang. Usut punya usut ternyata ia meninggal dunia. Beberapa hari sebelumnya ia melahirkan anak melalui operasi caesar. Karena merasa bahwa rezekinya tidak akan mencukupi jika ia tidak berdagang, maka tanpa seizin suaminya, ia memaksakan diri untuk berjualan, padahal ia belum cukup kuat. Ia adalah seseorang yg memiliki harga diri yang tinggi, tidak suka meminta-minta. Terakhir sebelum melahirkan, keluhannya adalah harga barang yg semakin mahal dan semakin tidak terjangkau,baik untuk makan sehari-hari maupun untuk biaya sekolah anaknya.

Miris …

Saya ikut gembira apalagi mendengar ada teman yang umroh. Tapi terus terang kalau ada yang bolak balik umroh, hati kecil saya berteriak …. Tolong sisihkan sebagian atau kalau perlu alihkan dana umroh itu untuk biaya sekolah anak-anak dhuafa. Insya Allah umrohnya mabrur ….Insya Allah mabrur.

*****

#Yuk Berdayakan Sesama untuk Indonesia Lebih Baik #.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun