Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendukung penguatan bahasa Inggris dalam pendidikan. Salah satunya adalah pengenalan kurikulum bilingual di berbagai sekolah negeri maupun swasta. Selain itu, program-program seperti English Day atau kewajiban pembelajaran bahasa Inggris di tingkat menengah menjadi salah satu bentuk penguatan hegemoni ini. Di sisi lain, pemerintah juga mengizinkan keberadaan sekolah internasional yang menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa utama. Hal ini menciptakan persepsi bahwa penguasaan bahasa Inggris adalah tanda prestise dan modernitas. Dalam konteks ini, kebijakan pemerintah sering kali lebih fokus pada upaya meningkatkan kemampuan bahasa Inggris siswa tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap bahasa Indonesia dan bahasa daerah.
Namun, kebijakan ini tidak diimbangi dengan strategi yang inklusif untuk menjaga keberlanjutan bahasa lokal. Misalnya, belum banyak program yang memberikan perhatian khusus pada penguatan bahasa daerah di sekolah. Akibatnya, kebijakan pemerintah yang memperkuat hegemoni bahasa Inggris justru memperlemah posisi bahasa lokal dalam sistem pendidikan nasional.
Ancaman Hegemoni Bahasa Inggris bagi Pendidikan Indonesia
Ancaman yang ditimbulkan oleh hegemoni bahasa Inggris tidak hanya terbatas pada aspek linguistik, tetapi juga mencakup aspek sosial, budaya, dan ekonomi; Pertama, Erosi Identitas Nasional. Dominasi bahasa Inggris dapat membuat generasi muda lebih mengidentifikasi diri mereka dengan budaya asing daripada budaya lokal. Hal ini tidak hanya mengancam kelangsungan bahasa daerah, tetapi juga nilai-nilai tradisional yang tertanam dalam budaya lokal. Kedua, Kesenjangan Pendidikan. Hegemoni bahasa Inggris menciptakan kesenjangan yang semakin lebar antara kelompok sosial-ekonomi. Siswa dari keluarga kurang mampu cenderung memiliki akses terbatas ke pendidikan berbasis bahasa Inggris, sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk bersaing di tingkat global. Ketiga, Ketergantungan pada Budaya Asing. Ketergantungan yang berlebihan pada bahasa Inggris dapat menciptakan generasi yang terlalu mengadopsi budaya asing dan kurang menghargai budaya lokal. Dalam jangka panjang, hal ini dapat merusak kohesi sosial dan melemahkan identitas nasional.
 Solusi untuk Mengatasi Dilema Hegemoni Bahasa Inggris
Menghadapi dilematika hegemoni bahasa Inggris dalam pendidikan Indonesia, diperlukan langkah-langkah strategis yang dapat memaksimalkan manfaat tanpa mengabaikan dampak negatifnya. Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain: Pertama, Peningkatan Pembelajaran Multibahasa. Sistem pendidikan harus mengintegrasikan pembelajaran multibahasa yang seimbang. Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa utama, sementara bahasa Inggris diajarkan sebagai alat komunikasi global dan bahasa daerah dilestarikan sebagai identitas budaya lokal. Kedua, Kebijakan yang Inklusif. Pemerintah perlu merancang kebijakan yang memastikan kesetaraan akses terhadap pendidikan bahasa Inggris, terutama untuk siswa dari latar belakang kurang mampu. Program pelatihan guru bahasa Inggris di daerah terpencil dan penyediaan materi pembelajaran yang terjangkau dapat membantu mengurangi kesenjangan. Ketiga, Revitalisasi Bahasa Daerah. Bahasa daerah harus mendapatkan perhatian yang sama besar dalam sistem pendidikan. Program muatan lokal yang berfokus pada pengajaran bahasa daerah dapat membantu melestarikan keberagaman linguistik Indonesia. Terakhir, Peningkatan Kesadaran Budaya. Selain mengajarkan bahasa Inggris, pendidikan juga harus menanamkan nilai-nilai budaya lokal. Dengan demikian, siswa dapat memahami pentingnya menjaga identitas nasional di tengah arus globalisasi.
Kesimpulan
Hegemoni bahasa Inggris dalam pendidikan Indonesia adalah fenomena yang kompleks, membawa peluang sekaligus ancaman. Bahasa Inggris memberikan akses ke pengetahuan global dan meningkatkan daya saing individu di tingkat internasional. Namun, jika tidak dikelola dengan baik, dominasi bahasa ini dapat mengancam keberlangsungan bahasa lokal, menciptakan kesenjangan sosial, dan melemahkan identitas nasional. Untuk mengatasi dilema ini, diperlukan kebijakan yang seimbang dan inklusif. Sistem pendidikan harus mengakomodasi kebutuhan global tanpa mengorbankan nilai-nilai lokal. Dengan pendekatan yang tepat, hegemoni bahasa Inggris dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional, tanpa kehilangan jati diri sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan keberagaman.
Penulis:Â
Agung Suhadi (Mahasiswa S3 Linguistik Terapan Universitas Bengkulu)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H