Mohon tunggu...
Heidy Prameswari
Heidy Prameswari Mohon Tunggu... -

Just an ordinary woman with extraordinary dreams. A Writer, Blogger, Travelling Addict, Movie Junkie\r\n\r\nCheck another my story at www.rumahmemez.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Berasa Ganteng di Negeri Orang

9 Agustus 2011   03:42 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:58 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Mesir, negara yang jaraknya 12 jam perjalanan dengan pesawat terbang dari Indonesia. Andhika Kangen Band menemukan kepercayaan dirinya. Bahwa, ternyata dia tidak sejelek yang dia kira selama ini.

Apa yang ada dalam pikiran lo ketika mendengar nama Andhika Kangen Band? Jelek, aneh? Jangan takut. Bahwa dia ngga ganteng juga disadari sendiri oleh Andhika ini. Gue pernah berada dalam satu rombongan dengan Andhika Kangen Band saat pergi ke Mesir. Selain bersama Andhika, rombongan juga diisi oleh grup band WALI dan manajemennya dalam rangka syuting video klip grup band Wali. Bukan, Andhika pergi ke Mesir bukan lantaran ditunjuk menjadi pemeran pengganti unta Tapi, Andhika ini kan satu manajemen sama Wali Band, nah dari Mesir mereka akan umroh, jadi si Andhika ini ikut. Selama tour ke Mesir selama lima hari empat malam, gue melihat dan sempat beberapa kali ngobrol sama Andhika dan malah jatuh kasihan sama dia. Inilah pengalaman gue, sama orang yang membuktikan mitos bahwa vokalis band itu harus ganteng adalah salah.

Waktu itu, rutenya adalah kita naik pesawat dulu ke Malaysia. Setelah transit di KLIA hampir satu jam, kita naik Pesawat menuju Bahrain selama hampir delapan jam. Saat transit di Bahrain, rombongan makan di Mc Donalds yang harganya mahal banget. Harga Big Mac disana nyaris tujuhpuluh lima ribu. “Gila mahal amat ya, bisa beli beras berapa liter tuh Emak gue,” protes Andhika. Entah bercanda atau tidak tapi wajahnya memelas banget. Bahrain memang Negara yang terkenal mahal, 100 US$ = 47 Dinar Bahrain. Kalau elo belanja disini pakai dollar, tetap aja akan dikembalikan dengan dinar Bahrain, yang kalau ditukar lagi di Money Changer pasti nilainya akan turun.

Dari Bahrain, rombongan melanjutkan penerbangan ke Mesir selama tiga jam. Sampai di Mesir, pukul delapan malam. Saat itu di bulan Maret 2010 Mesir masih berada dalam musim dingin, walau tidak turun salju, angin dingin menyambut kami di bandara Kairo. Sebelum ke hotel, kita makan malam dulu di sebuah restoran yang menyajikan masakan Cina, yang konon kabarnya paling enak di Kairo. Restorannya sih memang cukup mewah, tapi rasanya jauh banget, garamnya habis kali ya ditabur di laut. Usai makan malam, rombongan menuju ke hotel di Ramses Hilton, Andhika kelihatan lelah banget. ” Sama aja nih kayak waktu tour, capek banget. Mana makanannya ngga enak lagi. Besok gue makan jengkol aja ah,” kata Andhika, yang menurut gue tak lebih dari sekedar joke.

Besoknya, jam delapan pagi rombongan sudah stand by di restoran, walau hotel bintang lima, Ramses Hilton tidak menyajikan makanan yang sesuai selera lidah Indonesia, menunya standar Internasional. Terlihat rona kecewa saat Andhika mengelilingi meja yang menyajikan makanan. Piring makannya pun hanya diisi dengan nasi putih saja. Setelah kembali ke tempat duduknya, Andhika mengeluarkan kotak makan yang dia bawa, isinya…. benar-benar jengkol! Jujur, saya salut sama tuh jengkol, dibawa melintasi negara, demi mengisi perut Andhika.

Tujuan tur pertama hari itu adalah ke Egyptian National Museum tempat menyimpan berbagai peninggalan bersejarah Mesir. Tiket masuknya 60 L.E (Egyptian Pound) atau sekitar 102.000 rupiah. Tapi, jangan bawa uang rupiah ke Mesir, ngga laku untuk ditukar di Money Changernya. 1 L.E = Rp. 1700. 1 US$ = 3,6 L.E. Untuk masuk ke museum ini, antrian tiketnya cukup panjang. Sebelum masuk, pengunjung museum harus meninggalkan kamera dan melewati pintu metal detektor. Setiap tempat wisata di Mesir benar-benar mengutamakan keamanan, mereka ngga segan- segan melarang masuk pengunjung yang memang mencurigakan.

Selesai menjalani pemeriksaan, rombongan masuk ke museum dengan didampingi guide tur kami selama di Mesir –mahasiswa Indonesia yang kuliah di Al Azhar- Hari itu pengunjung musem didominasi anak anak sekolah, saat Andhika masuk, sekitar sepuluh anak-anak sekolah itu langsung merubungi Andhika. Terlihat rona kaget di wajah Andhika. Selain tidak bisa berbicara dengan bahasa Mesir dan bahasa Inggris, Andhika juga merasa heran, kenapa anak anak yang cantik dan ganteng ini merubunginya? Setelah menuruti keinginan mereka untuk berfoto bersama, akhirnya rombongan anak-anak sekolah itu membubarkan diri.

Jujur, gue juga ngga tahu apa yang bikin anak anak Mesir itu tertarik untuk berfoto bareng sama Andhika. Oke, Andhika memang terlihat unik dengan rambutnya yang dikuncir seperti pohon kelapa. ” Atau mereka melihat gue karena peninggalan bersejarah yang unik kali ya? Atau mungkin mereka ngga pernah lihat orang sejelek gue, ? tanya Andhika lirih. Sumpah, kejujuran itu langsung menusuk hati saya. Karena gue ngga pernah bertemu orang sejujur itu.
Di Egyptian National Museum, yang menjadi favorit pengunjung ada ruangan yang menyimpan mumi. Ada dua ruangan yang menyimpan mumi, satu yang berisi 12 mumi, dan satu lagi berisi 11 mumi. Untuk masuk ke ruangan ini, kita harus bayar lagi sekitar 100 L.E –sekitar 170ribu rupiah –

Di ruangan seluas 150 meter persegi ini tidak hanya menyimpan mumi dari para raja, tapi juga binatang kesayangannya yaitu, kucing. Di ruangan ini tidak boleh ambil foto, karena konon kabarnya, lampu blitz bisa merusak mumi.
Mumi-mumi tersebut dahulunya adalah para raja Mesir. Ukurannya cukup pendek loh, kebanyakan hanya 150 cm. sebagian besar meninggal karena diracun atau terkena penyakit kelamin.

Mumi yang ditempatkan dalam kotak kaca ngga utuh semuanya, ada yang tengkoraknya diganti dengan kayu damar, matanya diisi dengan bawang putih dan perutnya diisi dengan lumut. Ada satu kotak kaca yang kosong, mungkin muminya sedang dalam perawatan. Muka Andhika langsung pucat pasi, saat Jana, manajernya menarik tangannya dan meledeknya kalau dia adalah mumi yang kabur.

Dari Egyptian National Museum, tur berlanjut ke Piramida. Jaraknya sekitar 45 menit dengan bus. Sambil melewati sungai Nil, guide menjelaskan bahwa zaman dahulu, setiap tahun ada ritual yang mengorbankan wanita cantik yang dibuang di sungai Nil. Dan Sungai Nil adalah jarak antara duniawi dan akhirat. Walau musim dingin, Mesir tetap terlihat gersang dan panas luar biasa. Hujan hanya turun 4-6 kali setahun. Rumah-rumah dan apartemen yang kita lewati jarang sekali yang dicat, katanya sih percuma karena debu akan membuatnya tetap kotor.
Saat makan siang, Andhika langsung menyadari bahwa menu makanannya tidak sesuai seleranya. Ayam gorengnya rasanya aneh dan bentuknya besar sekali. Andhika buru-buru mengeluarkan makanan andalannya, jengkol. Sepertinya kalau ada pemilihan duta Jengkol, gue yakin Andhika akan langsung terpilih.

Untuk masuk lokasi Piramida harus bayar 60 L.E atau sekitar 102ribu rupiah. Dan lagi lagi harus melewati metal detector. Baru saja masuk komplek piramida, Andhika dikerubutin lima orang ABG yang cantik dan minta berfoto. Kalau ABG yang cantik-cantik itu minta berfoto dengannya, seorang pengemis perempuan, malah meminta rokok pada Andhika. ” Heran ya, kenapa sih pada minta foto sama gue, kan gue jelek,” tanya Andhika, yang membuat gue heran apa hubungan rokok dengan jelek?

Piramida Giza itu ada tiga, nah ada di satu titik dimana kita bisa berfoto dengan pemandangan ketiga Piramida tersebut. Ada jasa foto keliling, yang langsung jadi dalam waktu 30 menit dengan biaya 50-100 ribu rupiah.
Menyusuri komplek Piramida ada teater terbuka yang menyajikan pertunjukan drama empat bahasa yang hadir setiap malam tertentu. Jadi setiap penonton akan diberikan headphone yang akan menerjemahkan setiap adegan. Di depan Teater terbuka ini, gue tidak menyia-nyiakan kesempatan dengan…. Berfoto bareng Andhika. Kalau di Indonesia mungkin gue ngga akan minta foto bersama Andhika. Di Mesir, dimana banyak orang yang meminta foto dengannya, maka gue harus memintanya foto bersama dong. Dia sempat menolak dan beralasan, “Gue jelek loh Mba,” katanya seperti menolak permintaan gue untuk foto bersama, atau dia takut kalau menularkan sesuatu? Gue bilang kenapa sih elo terus menerus bilang kalau elo jelek, bukan berarti elo ngga bagus difoto kan?Lagian jelek itu ngga menular kan? Gue sempat tanya kenapa dia malas foto sama gue, “Ya biasanya kan sama cewek-cewek di Indonesia gue sering banget diledekin, karena gue jelek, ” jelas Andhika lirih. “Eh yang lebih ganteng dari elo juga belum tentu bisa sepopuler elo, bisa sehits elo, dan bisa menginfluence kayak elo,” gue menjawab keraguan dia.

Keesokan harinya kita pergi ke Benteng Shalahuddin AL Ayyoubi, seorang pejuang Islam dan tokoh agama. Benteng ini dibangun dengan tinggi 10 meter dan tebal 3 meter. Untuk masuk kesini bayarnya 60 L.E . Benteng ini juga banyak dikunjungi oleh anak anak sekolah, yang langsung menyerbu Andhika. Anak anak sekolah itu sampai berebutan minta foto sama Andhika. Gue bahkan beberapa kali dimintai tolong untuk mengabadikan gambarnya. Waktu anak anak sekolah itu gue kasih tahu kalo Andhika adalah vokalis band terkenal di Indonesia, mereka malah minta nambah, tandatangannya.
Terus terang gue heran dengan fenomena aneh ini, kalo cuma di Indonesia, Malaysia, Singapura atau Hongkong sih mungkin namanya Kangen Band memang dikenal. Lah ini di Mesir yang jauh banget, apakah pesonanya memang sedemikian kuat? Di pasar El Khalili, usai berkeliling membeli shisha yang berhasil ditawarnya gila-gilaan –ternyata Andhika jago nawar- kamis istirahat di sebuah kedai, sambil menyesap segarnya teh rosella dingin, Andhika tiba-tiba berkata, ” Gue sadar banget kok, kalau gue sering dibilang manusia terjelek di Indonesia. Tapi kok di Mesir ini, orang orang banyak yang mau foto sama gue ya, mereka kayaknya senang-senang aja tuh dekat gue, berarti gue ngga sejelek yang gue kira dong. Gue jadi berasa ganteng di Mesir nih. Sumpah gue jadi merasa percaya diri gw sedikit tumbuh disini. Apa gue harus sering sering ke Mesir untuk ngecharge percaya diri gue? “ tanya Andhika. Setelah Andhika ngomong itu, langsung gue merasa teh rosella ini menjadi pahit, sepahit kejujuran yang harus dikatakan.

Perjalanan ke Mesir bersama Andhika ini bikin gue sadar, bahwa dibalik popularitas namanya, waktu gue menulis ini dia sedang menjalani persidangan karena kasus penyalahgunaan narkoba. Andhika itu orang yang sadar benar bahwa wajahnya pas pasan, makanya dia ngga mau dandan berlebihan, percuma muka gue jelek, diapain aja ya begini katanya. Menyadari kekurangan diri sendiri ternyata penting, hal itu bikin kita bisa menggali kelebihan yang lain. Satu hal terpenting, standar jelek setiap negara itu ternyata berbeda.

Cerita ini dari blog saya www.rumahmemez.com

  • 1
    1
    1
    1
    1
    1
    1
    1
    1


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun