Terlepas dari kegiatannya di lapangan, Reni sempat membuat perjalanan dengan misi mengulik sisi lain kemanusiaan di suatu daerah. Dirinya pernah bertemu perkumpulan TKI di Malaysia yang tinggal di perkampungan kumuh.
Di sana saudara sebangsanya sering dipandang “rendah” oleh bangsa lain. Ia juga melakukan solo traveling ke beberapa kota untuk menyambangi satu persatu belahan bumi khatulistiwa dan melihat realitas masyarakat yang tinggal di dalamnya.
Haru Warga Melihat Air Mengalir
Kini Reni bergabung dengan NGO di bidang kemanusiaan sebagai personil tim program terutama di pedalaman Gunung Kidul. Di wilayah tersebut ia kerap menemukan warga yang sepuh dan hidup sebatang kara bahkan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup hariannya.
Potret desa tanpa sumber air yang bersih membuat sebagian besar warganya menderita stunting, cacat fisik, dan sakit ginjal. Pada musim kemarau, ia bersama tim pernah melakukan dropping air ke daerah yang terdampak kekeringan. Tak disangka, ia bertemu seorang ibu yang menangis haru ketika melihat air mengalir di daerahnya.
Hidup itu Meaningful dan Impactful
Sebagai alumni Rumah Kepemimpinan, ada banyak kisah yang kembali mengingatkannya pada idealisme semasa dibina. Bahwa hidup itu meaningful dan impactful. Manusia memikul misi liberasi, humanisasi, dan transendensi.
Reni mengaku Rumah Kepemimpinan telah membentuk dirinya untuk terus bermanfaat meskipun jauh dari sorot kamera, jauh dari capaian prestasi. Namun baginya, prestasi adalah ketenangan hati untuk hanya mengabdi pada Illahi Rabbi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H