Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Haruskah Kita Membela Membabi Buta Anak-anak yang Cerdas dan Berbakat?

3 Juni 2017   21:17 Diperbarui: 3 Juni 2017   22:30 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat aku tanyakan pada anakku bagaimana ceritanya dia bisa 'kesasar' kesitu, dia cuma nyengir kecil dan dengan santai berujar, " Aku juga heran koq makalahku bisa diterima..". Ha ha.

Sudah, begitu saja. 

Sejujurnya aku pribadi senang dengan reaksinya yang santai saja seperti itu. Tidak tampak merasa ‘keren banget ya gue', tidak juga tampak terbeban saat tahu siapa dan seperti apa profil orang- orang lain yang terpilih makalahnya.

Melihat reaksinya seperti itu, kami juga ikut nyengir saja, tidak berpanjang- panjang membahasnya. Hanya belakangan saja saat sedang menjalani winter camp itu, kami menanyakan padanya " Kau bisa nggak ngikutin diskusinya? " Dia menjawab, " Bisa koq. Walau lumayan berat, jadi mesti konsentrasi penuh.."

Nah, yang lucuuu.. sepulang dari winter camp itu dia bercerita begini pada kami, " Masa aku diledek 'dasar bocah' disana.. "

Hahaha. Ini lucu, sebab ia diledek begitu rupanya bukan karena keteteran atau tak bisa mengikuti saat diskusi berlangsung, tapi sebab saat mereka peserta winter camp dari beragam negara di dunia itu pergi beramai- ramai mencari kartu telpon lokal, setelah menunjukkan passportnya, anakku tidak diijinkan membeli. Rupanya, di negara itu ada batasan usia minimal untuk membeli kartu telpon dan dari passportnya ketahuan bahwa usia dia beberapa tahun lebih muda dari usia minimal yang disyaratkan. Semua peserta yang lain bisa membeli kartu telepon lokal tersebut, tapi si 'bocah' yang kemudaan itu ditolak.. hahaha..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun