Di Arafah, senja itu, kami mengirimkan doa- doa kami ke langit. Doa bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi para teman- teman dan sahabat yang kami sayangi. Bagi lingkungan kami, bagi tanah air yang kami cintai.
Pada hari Jumat itu, di Arafah, sepenuh hati kami menyapa, menggapai, berdialog dengan Dia, Sang Maha Cinta. Menyampaikan rasa syukur kami, rasa terimakasih kami, dan menyampaikan permohonan dan harapan- harapan kami. Mengharapkan kemurahan dan kasih sayangNya.
Kusadari sepenuhnya bahwa hal itu merupakan karunia luar biasa, yang secara murah hati diberikan pada dia Sang Kuasa padaku dan suamiku. Kusadari, tanpa kehendakNya, tak akan bisa kami berada disana pada hari itu.
Di Arafah, Jumat 9 Dzulhijjjah dua tahun yang lalu, air mataku mengalir deras, menikmati semua karunia dan keindahan yang berlimpah.
***
Kami kembali berkumpul di dalam tenda, menyambut petang yang datang dengan bersama- sama berdzikir, melantunkan Al-Ma’tsurat.
Kembali air mata kami bercucuran, petang itu, pada hari Jumat. Di Arafah, di Arafah…
Haji adalah Arafah.