“Selamat ya bu, anaknya sudah lulus..“
SORE itu, dua hari yang lalu, kupeluk anak gadis yang berdiri di hadapanku. Dan kusalami ibunya, untuk mengucapkan selamat.
Gadis itu, baru saja diwisuda pada pagi harinya. Dadaku penuh dengan rasa senang, bahagia, terharu…
***
“Ibu dan Bapak bisa bantu? Temanku sudah tidak makan beberapa hari. Beasiswanya terlambat turun..“
Dua tahun yang lalu, kuterima pesan pendek dari putri sulungku. Pesan yang mengatakan bahwa seorang teman baiknya ada dalam kesulitan. Teman yang diceritakan ini adalah teman kuliahnya, mahasiswa yang menerima beasiswa Bidikmisi -- bantuan biaya pendidikan yangdiberikan kepada para mahasiswa yang memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi.
Saat itu rupanya beasiswa Bidikmisi terlambat turun, dan belum ada kepastian akan kapan bisa diterima, sementara uang di dompet teman anakku itu tinggal dua puluh ribu rupiah.
Aku tahu teman yang dia maksud, karena putriku memang berteman dekat dengannya. Dia kost di kota tempat kuliahnya. Orang tuanya sendiri tinggal jauh di luar kota, di provinsi yang berbeda. Dan dia.. sudah beberapa hari tidak makan, katanya?
Perutku mendadak sakit membaca pesan yang dikirimkan putriku itu.
“Iya, “ kujawab segera pesan dari putriku, “ Bisa. Ibu dan Bapak bisa bantu. Nanti ibu kirim uang, berikan pada temanmu. Dan ajak dia ke rumah. Bilang sama yangti kau mau ajak teman pulang, mau ikut makan di rumah..“
Putriku, semenjak kuliah, memang juga tinggal di kota yang berlainan dengan kami orang tuanya. Dia tinggal bersama ibuku, neneknya. Dan aku tahu pasti, ibuku akan dengan senang hati mengijinkan teman anakku ikut makan di rumah.