" Mbak.. Â mbak nyimpan dana pendidikan anak- anak dimana? "
PERTANYAAN semacam itu pada suatu hari diajukan oleh seorang anak buahku di kantor padaku.
Aku maklumi pertanyaan anak buahku itu. Anaknya berangkat besar. Tentu saja dia akan harus mempersiapkan biaya yang dibutuhkan oleh anak- anaknya saat sekolah dulu.
Begini, aku bukan penasihat keuangan profesional. Dan kupahami, ketika dia bertanya padaku, dia menginginkan jawaban berdasarkan pengalaman, bukan teori. Maka, yang kulakukan memang semata bercerita. Membagi sedikit ‘rahasia dapur’ tentang tabungan padanya. Yang kini juga akan kubagikan disini...
***
First of all, ada satu hal yang kupelajari tentang tabungan: menabunglah pada saat pertama setelah menerima gaji.
Dengan begini, kita bisa memastikan bahwa setiap bulan tabungan akan terisi. Percaya deh, jika ditunggu ‘nanti nabung kalau ada sisa’, berapapun jumlah uang yang kita punya, tak akan ada sisanya. Godaan untuk berbelanja ini dan itu terlalu besar, he he.
Kami -- aku dan suamiku -- memiliki beberapa rekening terpisah untuk tujuan yang berbeda- beda.
Spesifik untuk tabungan pendidikan anak- anak, kami menyimpannya dalam dua jenis tabungan yang berbeda.
Yang pertama, tabungan pendidikan di suatu bank, dengan jumlah nominal setoran per bulan yang telah ditentukan di depan dan jangka waktu yang telah ditetapkan. Ini tabungan yang murni jenisnya tabungan, bukan yang digabung dengan investasi dan sebagainya, hanya tercover dengan asuransi jiwa saja.
Mengenai jumlah, kalau kata teori financial planner yang profesional, jumlahnya mesti dihitung berdasarkan berapa biaya ketika dana itu dibutuhkan kelak. Sementara aku dan suami sih mikirnya tidak seribet itu, he he. Kami menaruh dana di situ sesuai kemampuan kami saja.