Ya benar, melalui kurir.
Sebab ternyata walau rasanya tak terlalu banyak belanja ini dan itu, setelah ditimbang, tak mungkin semua barang kami bisa masuk ke dalam koper. Ada oleh- oleh yang kami beli selama di Tanah Suci yang akhirnya kami putuskan untuk dikirimkan melalui kurir saja ke tanah air.
Saat membereskan barang- barang, isi koper suami dan koperku mulai kami reorganisir kembali.
Salah satu yang tadinya kami miliki masing- masing dalam koper kami adalah obat- obatan.
Selama di Mekah, Madinah dan apartemen transit aku mendapatkan satu kamar untuk ditinggali berdua bersama suamiku. Tapi di Mina dan Arafah, di dalam tenda, jamaah laki- laki dan perempuan dipisahkan. Maka untuk kepraktisan, kami memiliki dua kotak dengan isi yang seragam. Obat- obatan berisi obat- obat bebas yang umum dibutuhkan seperti obat sakit kepala, obat sakit perut serta beragam vitamin. Satu kotak ada di dalam koperku, satu lagi di dalam koper suamiku.
Kedua kotak inilah yang kemudian menjelang kami pulang ke tanah air kami satukan isinya.
Lalu dengan pertimbangan bahwa kami sudah hanya tinggal sehari lagi saja di tanah suci menjelang kepulangan kami, bagian terbesar dari isi kotak obat itu kami masukkan ke dalam koper besar yang akan masuk ke dalam bagasi pesawat.
Kami hanya mengambil masing- masing satu strip obat demam, obat sakit perut dan karbon aktif serta sedikit vitamin untuk dipisahkan dan dimasukkan ke dalam salah satu koper kecil yang akan kami bawa masuk ke dalam kabin.
Beres semua.
Agar tak repot, memang hanya satu koper kecil itu saja yang kami niatkan bawa ke dalam kabin. Dua koper besar plus satu koper kecil lain akan kami masukkan ke dalam bagasi.
Lalu, tibalah hari kepulangan itu. Kami berangkat ke Jeddah, bersiap- siap untuk pulang.