APA hubungan antara Ben Hur dengan Tiga Dara? Sepanjang yang kita tahu, hubungan keduanya baik-baik saja, hehehe. Ben Hur dan Tiga Dara adalah dua film klasik yang di era digital saat ini mencoba menggeliat.
Ben Hur adalah film epik yang dibuat tahun 1959 dan dibintangi aktor kharismatik Charlton Heston (yang tiga tahun sebelumnya juga berperan sebagai Nabi Musa dalam film epik kolosal terkenal, The Ten Commandments). Di masanya, Ben Hur yang diadaptasi dari kisah klasik karya Lew Wallace yakni Ben-Hur: A Tale of the Christ ini sangat spektakuler. Pembuatannya melibatkan lebih dari 200 unta dan 2.500 kuda. Adegan lomba kereta selama sembilan menit menjadi salah satu adegan paling terkenal sepanjang masa.
Ben Hur meraih rekor dengan mendapat 11 Academy Awards, termasuk untuk kategori Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor Pemeran Utama Terbaik dan Aktor Pemeran Pembantu Terbaik. Rekor raihan Oscar oleh Film Ben Hur bertahan hingga puluhan tahun kemudian, dan baru dipatahkan oleh film Titanic di tahun 1997 dan The Lord of the Rings: The Return of the King tahun 2003.
Tahun 2016, versi baru dari fim Ben Hur diluncurkan, dengan pemeran yang baru dengan kisah yang sedikit berbeda. Dan hasilnya? Film berbiaya 100 juta dolar ini jeblok di pasaran. Saat tulisan ini dibuat, Ben Hur versi terkini baru meraup 54 juta dolar di seluruh dunia.
Bagaimana dengan Tiga Dara? Seperti Ben Hur, Tiga Dara juga mencoba menggeliat dan eksis di era modern. Setidaknya ada dua pendekatan yang diambil. Pertama, membuat versi baru (atau lebih populer dengan istilah remake), dengan judul Ini Kisah Tiga Dara, dengan produser dan sutradara Nia Dinata. Film ini dibintangi oleh Titiek Puspa, Shanty Paredes, Tara Basro, Tatyana Akman dan Rio Dewanto.
Pendekatan kedua, dikenal sebagai restorasi. Yakni merestorasi film asli, dan membuatnya menjadi layak ditonton.
Apa saja yang direstorasi? Secara umum ada dua hal yang direstorasi, yakni kualitas gambar dan kualitas suara. Sebelum direstorasi, kualitas gambar sangat parah. Setiap frame banyak goresan, coretan, hingga bekas lem yang menguning.Â
Proses restorasi fisik dan audio dilakukan di L'Immagine Ritrovata, Bologna, Italia selama 8 bulan dan dilanjutkan dengan konversi ke format digital yang dilakukan di Indonesia. Konversi bentuk digital untuk menghasilkan format 4K secara total filenya berukuran 12 tera (1 terabyte itu setara dengan  1000 gigabytes).
Menyelamatkan sejarah