Lalu, ada lagi hal yang terjadi hampir bersamaan.
Saat kami sedang disibukkan dengan persiapan keberangkatan si sulung, si mas anak tengah di keluarga kami sakit. Dia demam dan trombositnya turun. Dokter menyarankan untuk opname. Jadi, masuklah si mas anak lelaki kami ini ke rumah sakit.
Oh, ada sedikit kelucuan saat si mas ini diopname.
Anak kedua kami ini, usianya belum mencapai angka 18. Dia masih 17 tahun saat ini. Dan.. menurut peraturan resmi rumah sakit, sebab belum 18 tahun, klasifikasinya adalah anak. Maka dia dirawat oleh dokter anak dan di ruangan anak.Â
Aih. Di tengah keprihatinan kami atas jatuh sakitnya anak tengah ini, ada senyum yang beberapa kali terlontar melihat dekorasi di sekitar ruang perawatan yang bertabur gambar lucu yang kekanakan. Anak kami yang tengah ini jangkung, dan dia mahasiswa tingkat dua. Ketika teman- temannya menengok ke rumah sakit, tak pelak mereka dengan keheranan bertanya, “ Lho, kenapa dirawatnya di ruang anak- anak ? “
Teman- temannya sendiri, rata- rata memang sudah berusia di atas 18 tahun. Anak kami ini memang agak terlalu muda untuk ukuran mahasiswa tingkat dua, sebab dulu dia sempat loncat kelas.
Nah, bicara tentang teman- temannya yang datang menjenguk, ada satu hal yang sungguh membuatku terharu.
Salah seorang temannya datang membawa bingkisan. Isinya, sebungkus roti dan satu kotak besar susu murni.
Tapi.. yang membuatku terharu adalah..
Aku tahu persis, si pemberi bingkisan itu adalah mahasiswa Bidikmisi.