[caption caption="Gambar: www.leonlogothetis.com"][/caption]
Ketulusan itu masih ada…
Kata itu membuatku merenung, beberapa waktu yang lalu.
Betapa tidak. Di dunia dimana apa- apa diukur dengan uang ini, suatu hari kami menemukan seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan professional dan menolak dibayar. Dia rela melakukannya dengan alasan apa yang dilakukan itu merupakan sedekah ilmu.
Jadi ini ceritanya tentang suamiku yang sedang mengerjakan disertasi S3. Pada suatu tahap pengolahan data, dia membutuhkan pendapat seseorang yang ahli statistik untuk memeriksa kembali data yang sudah diolahnya.
Maka, melalui para kenalan, kami mencari orang dengan keahlian statistik tersebut.
Dan keluarlah sebuah nama, direkomendasikan oleh seorang kawan.
Suamiku menghubungi nama yang direkomendasikan tersebut lalu menemuinya.
Si empunya nama, menyanggupi untuk melakukan pengolahan data yang dibutuhkan oleh suamiku namun ketika ditanya berapa biaya yang dimintanya untuk melakukan hal tersebut, dia mengatakan bahwa itu gratis. Dia menolak dibayar.
Nah, lho !
Itu sungguh diluar perkiraan kami, bahwa pekerjaan tersebut akan dilakukan tanpa bayaran.
Maka, kami kembali menghubungi kenalan yang mulanya merekomendasikan nama tersebut. Kenalan kami, merupakan kawan lama suami dari mbak baik hati yang bersedia membantu tanpa dibayar itu.
Kami katakan pada kenalan kami itu, bagaimana ini, koq ternyata istri kawannya itu bersedia mengerjakan apa yang dibutuhkan suamiku tapi menolak dibayar.
Kami tercengang, tapi kenalan kami itu sama sekali tak tampak terkejut.
“ Nggak heran, “ katanya, “ Itu mereka niatkan sebagai sedekah ilmu.”
Oh.. oh.. sedekah ilmu?
Kenalan kami mengiyakan.
“ Iya, “ katanya, “ Sedekah ilmu. Membantu orang lain dengan ilmu yang dimiliki, sedekah. Nggak perlu dibayar. “
Kenalan kami itu mengatakan, tak perlu heran. Falsafah suami-istri tersebut saat membantu orang lain dengan menggunakan ilmu yang dimiliki tanpa bayaran itu adalah sebab mereka yakin, Allah Maha Kaya.
Tak perlu mereka mendapatkan bayaran saat melakukan hal- hal seperti membantu mengolah data selama beberapa jam saja.
Biar saja itu menjadi sedekah mereka. Dengan keyakinan Allah Maha Kaya, mereka beranggapan bahwa walau tak dibayarpun ketika melakukan itu, kelak Allah-lah yang akan membayarnya…
Dan aku terdiam. Tercenung.
Betapa masih ada orang- orang baik hati seperti itu di dunia.
Pasangan suami istri itu tidak kami kenal sebelumnya. Jadi bisa dikatakan, mereka itu membantu orang tak dikenal. Gratis. Begitu saja.
Luar biasa baik hati.
Kebaikan yang selama berhari- hari setelah itu membuatku terus dan terus mengingat mereka.
Sungguh, semoga Sang Maha Kaya senantiasa melimpahkan kesejahteraan pada pasangan suami istri baik hati ini…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H