Mari kita mengobrol tentang mobil…
AKU nyengir lebbarrrrr membaca tulisan mbak Usi yang ‘nggrundel’ soal suami (dan konon menurut mbak Usi, banyak laki- laki lain) yang lebih sayang mobilnya daripada istrinya. Ha ha.
Aku tak sampai memiliki kesimpulan semacam itu (bahwa ada para suami yang ‘lebih sayang’ mobil daripada istri’), tapi apa yang ditulis mbak Usi membuatku teringat pada beberapa kejadian berhubungan dengan mobil..
***
Ini tentang Bapak dan ibuku. Dan walaupun ceritanya tentang mobil, aku sendiri memandangnya sebagai sebuah 'love story'. Cerita tentang cinta.
Ayahku dulu, bukan ‘penggemar mobil’. Maksud aku, beliau memiliki mobil sekedar untuk alat transportasi, menggantinya beberapa tahun sekali. Kami anak- anaknya, kemudian ketika sudah memiliki SIM juga diberikan mobil untuk alat transportasi kami. Tapi beliau bukan orang yang terlalu heboh mengurusi mobilnya begini dan begitu.
Juga tak pernah kelihatan merawat mobil berlebihan.
Mobilnya dirawat, dicuci, diganti oli tepat waktu dan sebagainya. Tapi ya begitu saja.
Ayahku juga tak pusing dengan model mobil terbaru. Kesan aku, beliau malah membeli mobil bukan pada jenis terbaik yang bisa dijangkau dengan kemampuan keuangannya tapi ya yang ‘lumayan’ saja. Yang cukup memenuhi kebutuhan alat transportasi. That’s all.
Tapi ayahku ini, memang pikirannya sering jauh menjangkau ke depan dan kadang- kadang nyantai aja melakukan sesuatu yang belum banyak dilakukan oleh orang di suatu masa tertentu.
Jadi, duluuuu sekali, di saat awal pernikahan mereka, ayahku mengajari ibuku mengemudikan mobil.