Padahal aku justru melihat, cara mereka menjalankan blog duet itu justru lebih terstruktur dari kami di rumahkayu. Dari pengamatanku, sebelum mereka memuat sebuah posting, mereka akan menyepakati lebih dulu topik yang akan dituliskan, lalu masing- masing memberikan pendapat, dan lalu digabungkan menjadi sebuah atau dua buah tulisan yang mereka bangun bersama.
Kami di rumahkayu, tak menjalankan blog kami dengan cara seperti itu. Kami tak pernah saling mendiskusikan tentang kapan kami akan menulis dan apa topiknya. Kami menulis sesempatnya, seinginnya, dengan topik apapun yang sedang melintas di kepala kami saat itu. Dan begitu sebuah tulisan selesai dibuat, tulisan itu akan langsung ditayangkan tanpa pihak lain membaca draft tulisan tersebut sebelumnya. Ketika salah satu pihak menulis, pihak lain akan membaca tulisan tersebut setelah ditayangkan.
Hal ini menyenangkan bagi kami, sebab kami lalu seringkali menemukan banyak kejutan. Sebab tak pernah membaca draftnya, saat sudah ditayangkan, pihak lain akan membacanya dengan penuh keingintahuan tentang apa yang ditulis.
Ada banyak saat ketika tulisan pertama yang ditayangkan satu pihak mengenai sebuah topik begitu menggelitik sehingga pihak lain lalu ingin membuat sambungannya untuk melengkapi tulisan pertama tersebut. Hal itu – menyambung sebuah tulisan – juga tak pernah kami buat aturannya. Jika ingin, silahkan disambung. Jika tak ingin, ya sudah, maka tulisan yang pertama ditayangkan akan berdiri sendiri saja.
Tulisan sambungannyapun tak terikat pakem tentang berapa panjangnya. Maka, adakalanya, tulisan sambungannya bahkan lebih panjang daripada tulisan pertama yang disambung. Ha ha…
Tapi justru dengan begitulah kami bisa survive, rupanya.
Tepatnya, survive tanpa terlalu banyak perdebatan atau kerusuhan yang tak perlu.
Sebab bayangkan saja, kami ini dua orang yang sama sekali tak pernah bertemu. Yang domisilinya terpisah oleh samudera. Yang latar belakang budaya, agama, jenis kelamin, profesi dan banyak hal lainnya, sangat berbeda. Perbedaan- perbedaan mendasar yang berpotensi menjadi konflik ada semua pada kami.
Tapi spirit membangun blog bersama, dengan tetap saling menghargai perbedaan dan kemerdekaan pihak lain, rupanya berjalan baik bagi kami. Tulisan demi tulisan terus mengalir, sampai akhirnya buku pertama kami yang berisi kumpulan tulisan dari blog kami, terbit menjelang satu tahun kami bangun blog duet ini. Tetap tanpa kami pernah saling bertemu fisik, tanpa pernah saling kopdar. (Kopdar kami yang pertama, akhirnya terjadi satu setengah tahun setelah kami membangun blog duet ini).
Bukan hanya buku, blog duet kami bahkan lalu berkembang menjadi beberapa buah. Kami membangun blog bernama padepokanrumahkayu, yang berisi cerita silat.
Kembali ini merupakan ide Fary, yang dengan nekad mengajakku menulis cerita silat bersama. Nekad, sebab dia tahu persis bahwa aku tak pernah membaca sebuah buku silatpun sebelum itu.