Bagaimana memastikan bahwa mereka melakukan itu ketika kami kedua orang tuanya ada di kantor?
Oh, itu bagian dari mengajarkan tanggung jawab dan konsekwensi pada mereka. Kami katakan pada mereka bahwa jika mereka belajar dan kelak mereka jadi pintar, maka kepintaran itu akan dinikmati oleh mereka sendiri. Jika mereka tidak belajar, konsekwensinya juga ada, dan hal itu juga akan mereka tanggung sendiri.
***
Â
Kadangkala, pada hari- hari tertentu, kuambil cuti.
Misalnya, saat anak- anak hendak camping, atau mengikuti pesantren kilat, seperti orang tua lain, kuantarkan anakku ke sekolah.
Dan aku sering tersenyum- senyum sendiri, melihat anakku membawa ransel yang sehari sebelumnya dibereskannya sendiri (aku juga mengajarkan pada mereka, apa saja yang perlu dibawa saat ada kegiatan- kegiatan seperti itu, sementara ayahnya mengajarkan pada anak- anak bagaimana cara mengepak tas dengan baik dan efisien – sebab dalam hal mengepak tas atau koper, aku ini payah, he he). Pada saat yang sama, aku melihat banyak anak yang melenggang masuk halaman sekolah, sementara tasnya dibawakan oleh orang tua atau pengasuhnya (dan dari apa yang kudengar dan kuamati, isi tas itu juga sebelumnya dibereskan dan disiapkan oleh orang tua atau pengasuh).
Hmm, lagi- lagi itu pilihan kan? Nilai- nilai dan perilaku apa yang ingin kita ajarkan pada anak- anak? Aku sih, memilih untuk mengajarkan kemandirian, tanggung jawab dan kemampuan untuk mengatasi masalah pada anak- anak sejak mereka kecil, dengan alasan beragam, baik kepentingan masa depan mereka, dan juga fakta bahwa memang waktuku terbatas sebab bekerja itu. Sekali lagi, pinter- pinter ngaturnya aja deh…
Dan oh, jangan lupa, ibu bekerja juga punya hati. He he. Rasa sayang pada anak- anaknya sama sekali tak berkurang walau tak sepanjang hari bisa bersama mereka. Kekhawatiran dan kecemasan juga bisa melanda. Tak hanya saat mereka kecil, tapi juga saat mereka tumbuh besar.
Ibu bekerja, kadang juga bisa lebay dan mellow. Juga, adakalanya tidak konsisten dalam pola asuh. Sama saja, seperti semua ibu- ibu lain di dunia. Ha ha.
Contohnya aku. Saat anak- anak kecil, kuajarkan mereka untuk mandiri. Tapi, ini contoh yang belum lama terjadi, saat anak tengah lelakiku hendak mengikuti test masuk ke Perguruan Tinggi Negeri SBMPTN, tahun ini, aku sibuuukkk mengatur- atur dan memeriksa apa saja barang yang perlu dibawanya. Dari alat tulis, sampai kartu peserta ujian, sampai… botol kosong, untuk berjaga- jaga jika toilet penuh dan antri saat jam istirahat dan dia kepepet, botol kosong itu bisa jadi alternatif penyelamat hidup. Ha ha.