Kakak- kakaknya, kuliah di luar kota. Ayahnya, saat ini sedang sibuk sekali sebab disamping tak bisa cuti sebab pekerjaan kantornya, ayahnya ini juga sedang mengejar tenggat waktu penyelesaian disertasi Doktoralnya. Maka, agar hari istimewa ini tetap terasa istimewa bagi si bungsu, akulah yang akan membawanya keluar makan siang untuk menyenangkan hatinya.
Binar dimata anakku juga tampak, dan dia memelukku dengan rasa sayang yang nyata ketika kukatakan padanya bahwa kemarin atasanku di kantor regional sebetulnya meminta aku untuk membatalkan cutiku hari ini sebab ada suatu hal yang penting untuk dikerjakan di kantor. Aku mempertimbangkan permintaan itu tapi setelah melihat keseluruhan situasi kukatakan pada atasanku bahwa aku akan tetap mengambil cuti sehari sebab aku telah berjanji untuk melewatkan hari ini untuk bersenang- senang dengan si bungsu di hari ulang tahunnya. Dan itu penting bagiku. Pekerjaan di kantor, menurut perhitunganku, tetap bisa diatasi. Ada beberapa manager di bawahku yang akan bisa menangani hal tersebut hari ini.
Walaupun, untuk menyeimbangkan, kukatakan pada anakku bahwa siang ini, sebelum kami berdua, aku dan dia, makan siang untuk merayakan ulang tahunnya, kami akan perlu mampir ke kantorku dulu sebentar. Sebab aku perlu memastikan bahwa semua berjalan baik di kantor.
Anakku setuju. Maka begitulah, bocah pra remaja itu hari ini turut denganku mampir sebentar ke kantor, sebelum kami kemudian bersenang- senang makan enak. He he.
Ini bagian dari 'pinter- pinter ngatur aja' itu. Dan, ada banyak saat seperti itu yang pernah kujalani...
p.s. Bersambung ke bagian 2 disini:Â http://www.kompasiana.com/rumahkayu/ibu-bekerja-vs-ibu-tidak-bekerja-perdebatan-yang-tak-pernah-usai-2_5628e627569373fc1a0ddee0
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H