Segera kutangkap pemandangan itu. Tak perlu waktu lama, dalam hitungan detik, air mata bercucuran membasahi mukaku. Turun tak terkendali.
Kugenggam erat tangan suamiku, mencari kekuatan dari situ. Dia, berdiri di sampingku, tak banyak bicara. Hanya satu kalimat yang dikatakannya, " Saya sudah kesini dari tadi, lihat ini. "
Itu saja.
Gelombang manusia lewat di depan kami. Semua dengan tujuan sama, melempar jumroh.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Lailaha illallahu wallahu Akbar. Allahu Akbar Walillahilham, perlahan aku melantunkan suara takbir di mulutku, sementara air mata terus mengalir turun.
Sungguh, kata- kata tak akan cukup untuk menggambarkan bagaimana suasana yang tertangkap indraku pagi itu menyergap seluruh kesadaranku, menyentuh hatiku, dan pada akhirnya membuat air mata mengalir deras.
Ya Allah... Ya Allah... pikirku. Lihatlah mereka, lihatlah begitu banyak orang sepagi ini yang sudah berjalan sejauh itu, untuk melempar jumroh. Lihatlah orang berbagai bangsa, berbagai usia, dengan berbagai kondisi berjalan menuju satu arah, melengkapi ritual ibadah haji yang sedang dilakukan.
Aku malu.. Malu.. Malu...
Apa yang kulihat di Mina pagi itu, melengkapi begitu banyak hal yang kulihat selama perjalanan ibadah haji.
Dan aku merasa begitu kecil. Kecil. Dan dangkal.
Ya Allah... Ya Allah...