Setelah itu, kami mengambil miqat di Masjid Bir Ali. Kemudian perjalanan dilanjutkan. Kami melintasi jalan tol menuju Mekah.
Aku dan suamiku saat itu duduk di bagian bus agak ke belakang. Selama menjalankan ibadah haji aku memang berusaha menghemat tenaga. Sempat sakit bahkan di hari- hari pertama tiba di Madinah, aku tak pernah mau tergesa atau terlalu banyak memilih- milih ini dan itu. Masuk ke bus-pun, dimana saja dapat tempat duduknya. Maka biasanya memang aku dan suamiku mendapat tempat agak ke belakang itu.
Tak banyak kejadian di awal perjalanan tersebut. Di dalam bus, kami melantunkan kalimat- kalimat talbiyah. Labbaik Allahuma Labbaik, labbaika la syarika laka labbaik. Aku datang memenuhi panggilanMu ya Allah. Aku datang memenuhi panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku penuhi panggilanmu...
Selama perjalanan antara Madinah dan Mekah, bus beberapa kali berhenti. Rupanya, saat musim haji, ada beberapa check point yang harus kami lewati. Lebih banyak dibandingkan pengalamanku sebelumnya saat menjalankan ibadah umroh diluar musim haji.
Tak terlalu menjadi masalah. Di perhentian- perhentian ini kondisi cukup nyaman, dan kami bahkan menerima banyak pemberian makanan dan minuman yang disumbangkan oleh banyak pihak untuk para jamaah haji. Ada makanan kecil, ada sekotak chicken nugget dan kentang, ada.. banyak makanan lain yang membuat perut kami penuh betul.
Hingga kemudian, diumumkan bahwa kami sudah makin mendekati kota Mekah. Kuperhatikan di sekitar kami ramai. Banyak bus menuju ke arah yang sama. Kesabaran akan diperlukan disini. Sebab kemacetan tak akan bisa dihindari. Macetnya itu, seperti macet saat hendak mudik lebaran di Tanah Air.
Saat hendak memasuki Kota Suci Mekah itu, ada check point lagi dimana seluruh surat ijin, termasuk passport dan visa para jamaah akan diperiksa satu persatu. Di musim haji dimana begitu banyak jamaah yang akan memasuki kota itu, akan cukup banyak waktu yang dibutuhkan untuk itu.
Maka tak ada lagi yang bisa dilakukan selain menyiapkan diri dengan seluruh kesadaran bahwa agar ibadah kami dapat dilakukan dengan nyaman, kami perlu menerima kondisi yang kami hadapi dengan kesabaran dan kepasrahan.
Dalam kondisi yang relatif tenang dan terkendali itu, tentu saja kami tak mengharapkan apapun yang buruk akan terjadi.
Tapi, begitulah...