* Cerpen ini dibuat oleh blogger tamu, Pin Pin
Hai penggemar dan pecintaku! Bagaimana kabar kalian hari ini?
Masihkah merindukanku? Masihkah kau tergelepar menjelang org*sm* membayangkan indahnya wajahku? Masihkah kau *n*n* sambil menciumi setiap jengkal tubuh polosku dalam mimpimu? Masihkah kau m*st*rb*s* mengingat setiap kata manisku yang tersebar di semua tulisan brilyanku yang pernah kau baca?
Tahukah kau banyak orang cerdas di luar sana menertawaimu? Mereka yang terlalu pintar? Atau kau yang terlalu b*d*h? Hingga kau terhanyut dalam setiap sensasi yang pernah kutebar? Hingga kau tergila-gila pada setiap jalinan kata bualan yang kujejalkan dalam otak ciutmu?
Seharusnya bila kau punya sedikit saja mesin mungil yang bekerja sempurna di otakmu, kau bisa mendeteksi keanehanku. Bila kau punya sedikit saja waktu untuk menjalankan mesin super mungil di otakmu itu, kau bisa menangkap seribu hal yang berlawanan bertaburan di setiap jejak langkah dan susunan alfabetku. Kau memang tak punya mesin mini yang seharusnya bercokol di otakmu itu?Ataukah nafsu binatangmu sudah menutupi matahatimu?
Ck ck ck...
Tahukah kau bahwa aku tertawa mengangkang di atas semua keb*d*han yang kau perlihatkan? Menatap semua puja-puji yang tetap kau lantunkan biarpun kau sudah melumat ketelanjanganku dengan mata rakusmu?
Entah apakah aku masih mempunyai malu atas semua itu ataukah tidak. Perempuan setengah baya berlagak sempurna yang menyebar ketelanjangan di sembarang tempat. Perempuan berkacamata kuda untuk menyembunyikan binar-binar culas. Perempuan penyebar motivasi yang tak segan menggunjingkan orang lain dengan kata-kata busuk. Perempuan penghujat selingkuh yang justru melakukannya dengan sembarang orang, bahkan yang muncul dari kedalaman c*mb*r*n bau berwarna hitam sekalipun.
Aku ini munafik, kau tahu? Ataukah kau tak mau tahu? Tetap bersembunyi dalam tempurung yang melindungi isi kepalamu yang kosong-melompong itu?
Hai penggemar dan pecintaku! Bangun! Bangun! Banguuun! Jangan tidur melulu memelihara keb*d*hanmu! Tapi tak apa-apa. Setidaknya masih banyak manusia waras dan cerdas di luar sana yang masih bisa melihat asliku seperti apa. Yang masih punya matahati untuk melihat mana sebetulnya munafik mutlak seperti diriku.
Tapi aku masih berharap, kelak aku masih bisa muncul lagi. Mengumpulkan dayang-dayang dan kasim-kasim baru. Yang bisa kujadikan keset pembersih kakiku. Yang tak tahu sejarah penyebaran kitab suci ketelanjanganku. Ketelanjangan yang sebetulnya sungguh memalukan karena aku layaknya sepotong tripleks tipis tanpa bentuk. Bukanlah semlohay layaknya bintang panas Hollywood.