" Kau baru dengar beritanya? " tanya Dee.
" Ya, " kata Kenanga. " Kami kelihangan kontak lama, bertahun- tahun. Dia resign dari kantor dimana kami bekerja bersama itu. Lalu pergi ke luar negeri untuk melanjutkan sekolah pasca sarjananya. Terakhir aku berhubungan dengannya, dia baru saja menyelesaikan pasca sarjana itu, lalu bekerja di sebuah kantor ternama dengan karir cemerlang dan gaji besar, menikah dan punya anak.. Setelah itu, tak kudengar lagi kabar beritanya. Kupikir, dia baik- baik saja. Ternyata... "
Dee membaca kalimat panjang Kenanga, yang ternyata masih disambung kalimat panjang lain lagi.
" Kami dulu benar- benar teman baik, Dee. Saat itu kan sama- sama masih lajang, punya banyak waktu sepulang kantor dan kami melakukan banyak kegiatan bersama. Kadang main tennis di sore hari, kadang- kadang juga hiking di akhir minggu. "
Oh. Dee turut prihatin. Terbayang seseorang yang begitu aktif, lalu sakit parah dan sempat harus berbaring saja. Dan kini dengan kondisinya, tentu saja main tennis dan hiking tak lagi bisa dia lakukan.
Duh, pikir Dee. Begitulah hidup. Adakalanya jalan hidup orang tak terduga.
Begitu mulus, begitu cemerlang jalan yang sedang ditempuh, tampak seperti sedang mendaki grafik yang menaik dalam kehidupan, lalu terhadang sakit yang tiba- tiba.
Lalu seakan semua harus dimulai dari awal lagi.
Sedih sekali.
Walau kadang- kadang, jika mencoba mencari hikmah, selalu ada hikmah yang bisa diambil dari kejadian serupa itu.
Ada pelajaran yang bisa dipetik.