Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Humor

Uniknya Anak- anak: Teknik Meningkatkan Konsentrasi dan Relaksasi, Perlukah Dipelajari?

3 Agustus 2013   12:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:40 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13755117872074049420

Tentang teknik relaksasi...

AKU baru saja mengikuti workshop singkat yang dibawakan oleh seorang ahli self healing terkenal.

Workshop itu mengajarkan beberapa teknik yang sangat praktis untuk diterapkan, sebab mudah dan tak memakan waktu lama, serta relatif bisa dilakukan dimana saja.

Ada lima macam teknik yang diajarkan dalam workshop itu. Yang dua diantaranya ingin kuajarkan pada anak- anakku. Yakni teknik untuk meningkatkan daya konsentrasi, fokus serta mempertajam memori, dan satu lagi, teknik untuk relaksasi.

Secara bergurau, sang pakar self healing ini mengatakan bahwa slogan 'work hard, play hard' itu sebenarnya bukan kiat yang benar. " Melelahkan sekali, kan, " katanya, " Work hard, play hard.. Koq nggak ada 'rest' -- kapan istirahatnya ? "

He he.

[caption id="attachment_270436" align="aligncenter" width="312" caption="Gambar: melodicyoga.wordpress.com/"][/caption]

Bagi kami, para orang dewasa peserta workshop yang hari- harinya dipenuhi kesibukan yang menggunung, apa yang diajarkan di workshop itu sungguh berguna dan bisa menjadi solusi dari beberapa hal yang kerap ditemui dalam kehidupan sehari- hari ( selain dua yang sudah disebutkan di atas, ada lagi teknik untuk mengobati sakit kepala, dan mengurangi ketegangan, dan melancarkan peredaran energi. )

Maka kami semua menyerapnya dengan sangat antusias.

Tapi... coba ajarkan itu pada anak- anak dan remaja.

Tanggapannya bisa berbeda.

Apalagi anak- anak dan remaja seperti anak- anakku.

" Ibuuuuu... kenapa tiba- tiba ibu bicara tentang konsentrasi? Aku kan nggak punya masalah dengan konsentrasi... "

Itu kata anakku saat aku menceritakan soal workshop yang baru kuikuti dan niatku menularkan ilmu itu pada mereka.

Dan ini...

" Relaksasi? Biar bisa tidur enak? Aku bisa tidur enak koq, Bu.. Asal ibu ngga tiba- tiba ngajakin aku ngomong soal teknik konsentrasi justru pas aku udah mau tidur kayak gini... "

Ha ha ha.

Tapi aku menulikan telinga. Kukatakan pada mereka, " Nanti hari Sabtu ibu ajarin caranya... "

Begitulah yang kulakukan. Ini hari Sabtu dan kuajarkan teknik itu pada mereka.

Dan...

Boro- boro hening dan khidmat... sesi pelajaran teknik konsentrasi dan relaksasi itu dipenuhi keisengan dan cekikikan yang menular dari satu anak ke anak lain.

Diajari teknik untuk meningkatkan konsentrasi, mereka malah tertawa- tawa.

Alih- alih segera melakukan apa yang kucontohkan, anak sulungku malah menganalisa " Ooooo, aku tau, itu melakukan hal yang berlawanan sekaligus, makanya jadi harus konsentrasi, " katanya.

Lalu saat kuminta dia untuk mengikuti gerakanku, jawabannya begini, " Udah, bu. Aku udah liat, udah ngerti. Jadi aku nggak perlu nyoba lagi. "

Hadeeuuuhhhhhhhh.

Setelah itu, pelajaran tentang relaksasi. Kuajarkan terlebih dulu konsepnya, kemudian latihan.

" Ayo pejamkan matanya, " kataku, " Genggam jari dengan lembut. Mulai dengan ibu jari. "

Anak tengahku yang tadinya duduk lalu membaringkan diri. Sambil tertawa- tawa dia bilang, " Bu, kalo' melakukan ini biasanya orang ketiduran kan ya? Aku tidur langsung aja deh, nggak usah pake genggam- genggam jari dulu... "

Ha ha ha. Ampun, deh.

Anyway, setelah sekian menit berlalu dengan penuh keisengan dan ledekan, mereka mau juga mempelajari teknik itu dengan baik dan benar. Memejamkan mata, menggenggam jemari dengan lembut, dan tampak jelas mereka menjadi rileks, dan tampak mengantuk.

Latihan selesai.

Kutanyakan pada mereka, apa yang mereka rasakan.

" Enak kan ya? Jadi rileks... " kataku senang.

Anakku menjawab, " Iya, sih, enak, tapi Bu... "

Tapi apa?

" Lain kali bisa nggak ibu ngajarinnya bukan pas ada film seru di TV... "

Wah?! Ha ha ha ha ha...

Baru kusadari, penting atau tidaknya suatu pelajaran memang bisa berbeda, sebab akan tergantung skala prioritas. Ha ha ha. Bagi anak- anakku, ternyata menonton serial film menarik di TV lebih penting daripada menguasai beragam teknik yang ( tadinya dengan bangga ) pagi ini kucoba kuajarkan pada mereka... Ha ha.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun