Anak dari ibu yang duduk di sebelahku saat pengumuman hasil seleksi adalah contohnya. Anaknya tak sekelas dengan anakku. Dia tak kenal aku dan tak kenal anakku.
Ibu tersebut kaget sekali saat anaknya yang konon peringkatnya selalu berada diantara peringkat 1 atau 2 di kelas ternyata tak disarankan untuk masuk kelas akselerasi. Nilai IQ anak itu walau tentu tak buruk, tapi juga tidak sangat tinggi.
Itu sebabnya aku bingung bagaimana caranya memberi jawaban ketika ibu itu bertanya padaku apakah anakku diterima masuk kelas akselerasi, yang dilanjutkan dengan pertanyaan " Anaknya juara terus ya? Berapa IQ-nya ? "
Anakku, penggagas kampanye bahwa sekolah itu tidak asyik, anak yang memiliki riwayat mogok sekolah sejak play group , berdasarkan hasil test psikologi dinyatakan memiliki IQ... 159.
Dia masuk kelas akselerasi, dan... tetap melanjutkan tradisi mogok sekolahnya hingga kelas 5 SD.
Ya ampun!
** Artikel sebelumnya: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/06/06/uniknya-anak-anak-kelas-akselerasi--566166.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H