Tulisan tangan akan lenyap?
OH, betapa sayangnya jika itu sampai terjadi.
Begitu reaksi spontanku saat membaca tulisan tentang kemungkinan lenyapnya tulisan tangan karena terlindas popularitas gadget. Konon bahkan mulai 2014 nanti beberapa sekolah di Amerika bahkan sudah tak lagi mewajibkan pelajaran menulis tangan diajarkan di Sekolah Dasar dan menggantinya dengan pengenalan terhadap keyboard, baik pada laptop, tablet maupun smarthone kepada anak-anak karena gadget itulah yang kelak akan digunakan sehari-hari.
Betapa sayangnya...
Jika tulisan tangan sampai lenyap -- atau dengan kata lain: punah -- maka akan ada satu lagi keindahan yang hilang dari muka bumi.
Akan ada satu sentuhan pribadi yang juga tak lagi ada.
Tulisan tangan, bagaimanapun, lebih memiliki sentuhan pribadi, lebih mengelus hati dan emosi. Setiap orang memiliki tulisan tangan yang khas, yang sangat sulit ditiru oleh orang lain. Bahkan jika sampai ditirupun, konon, tekanannya tak akan bisa persis sama.
Tulisan tangan juga disebut- sebut sebagai mencerminkan kepribadian seseorang. Ada ilmu tertentu yang disebut graphology yang mempelajari seluk beluk tulisan tangan dan hubungannya dengan tingkah laku seseorang ditinjau dari sudut psikologi manusia.
Betapa bedanya dengan tulisan yang dihasilkan dengan bantuan teknologi, yang bentuknya seragam.
Memang benar bahwa ada beragam jenis atau bentuk huruf yang bisa muncul saat jemari mengetikkan kata- kata di atas keyboard komputer atau telepon genggam, misalnya. Tapi tetap saja jenis huruf yang sama jika diketikkan oleh orang- orang yang berbeda sekalipun akan muncul dengan bentuk yang sama.
***
[caption id="attachment_275654" align="aligncenter" width="539" caption="Gambar: http://tamrynkirby.blogspot.com"][/caption]
Bicara tentang tulisan tangan, aku teringat suatu saat dulu, di masa remajaku ketika tukang pos menjadi orang yang sering kunanti di depan rumah.
Surat- surat manis dari banyak kawan sering kuterima kala itu. Tentu saja, dengan tulisan tangan.
Selain surat, yang juga sering kuterima adalah kartu pos bergambar.
Beberapa kawan yang melanjutkan sekolah atau bekerja di luar negeri biasa mengirimkan banyak kartu pos bergambar kepadaku. Kartu- kartu dengan kabar pendek- pendek yang sependek apapun isinya, senantiasa kuterima dengan senang hati. Selain mereka, aku juga memiliki beberapa sahabat pena.
Sering bahkan teman- teman itu tak terlalu perduli untuk menuliskan namanya pada sampul surat atau kartu pos yang dikirimkan padaku. Tapi memang sebenarnya itu tidak perlu, sebab melihat tulisannya saja, aku sudah langsung tahu, siapa pengirim surat atau kartu pos tersebut.
Temanku yang lain, senang menghadiahkan buku. Jika melihat buku bagus, sering dia teringat padaku lalu membelikan buku itu dan menuliskan namaku serta beberapa kalimat di bagian depan buku, kemudian membubuhkan nama serta tanda tangannya di bawah pesan yang dituliskan itu. Dimanapun kami berada, buku dan pesan- pesan di halaman depan itu mendekatkan kami.
Dan...
Ada satu hal lagi.
Tanda tangan.
Ayahku sudah berpulang. Tak lagi bisa menulis apapun. Tapi, beberapa kali saat kubuka laci dimana ada lembaran- lembaran dokumen pribadi tersimpan disana, saat melihat dokumen masa sekolahku, kulihat tanda tangan itu.
Tanda tangan ayahku.
Di lembaran- lembaran buku raport. Di beberapa dokumen lain. Juga kulihat tulisannya di buku catatan telepon di rumah orang tuaku. Bagiku, itu sungguh sangat menghangatkan hati. Membantu mengatasi rasa kangen pada Bapak yang sering melanda.
Sungguh, aku sangat memahami ketika belum lama ini kami sedang mengurus surat- surat untuk suatu keperluan, ibuku memegang dengan hati- hati sebuah buku.
Buku nikahnya dengan Bapak.
Dibukanya sebentar buku itu dan dielusnya dengan sayang, di bagian dimana ada tulisan dan tanda tangan Bapak di lembaran halaman buku nikah itu.
Ah, jika tulisan tangan kelak lenyap, akankah rasa yang tersambung pada seseorang yang dicinta namun sudah tiada bisa juga terasa sepekat itu?
p.s. Artikel terkait: http://muda.kompasiana.com/2013/08/31/akankah-tulisan-tangan-punah-suatu-hari-kelak-588483.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H