[caption id="attachment_275654" align="aligncenter" width="539" caption="Gambar: http://tamrynkirby.blogspot.com"]
Bicara tentang tulisan tangan, aku teringat suatu saat dulu, di masa remajaku ketika tukang pos menjadi orang yang sering kunanti di depan rumah.
Surat- surat manis dari banyak kawan sering kuterima kala itu. Tentu saja, dengan tulisan tangan.
Selain surat, yang juga sering kuterima adalah kartu pos bergambar.
Beberapa kawan yang melanjutkan sekolah atau bekerja di luar negeri biasa mengirimkan banyak kartu pos bergambar kepadaku. Kartu- kartu dengan kabar pendek- pendek yang sependek apapun isinya, senantiasa kuterima dengan senang hati. Selain mereka, aku juga memiliki beberapa sahabat pena.
Sering bahkan teman- teman itu tak terlalu perduli untuk menuliskan namanya pada sampul surat atau kartu pos yang dikirimkan padaku. Tapi memang sebenarnya itu tidak perlu, sebab melihat tulisannya saja, aku sudah langsung tahu, siapa pengirim surat atau kartu pos tersebut.
Temanku yang lain, senang menghadiahkan buku. Jika melihat buku bagus, sering dia teringat padaku lalu membelikan buku itu dan menuliskan namaku serta beberapa kalimat di bagian depan buku, kemudian membubuhkan nama serta tanda tangannya di bawah pesan yang dituliskan itu. Dimanapun kami berada, buku dan pesan- pesan di halaman depan itu mendekatkan kami.
Dan...
Ada satu hal lagi.
Tanda tangan.
Ayahku sudah berpulang. Tak lagi bisa menulis apapun. Tapi, beberapa kali saat kubuka laci dimana ada lembaran- lembaran dokumen pribadi tersimpan disana, saat melihat dokumen masa sekolahku, kulihat tanda tangan itu.