Belakangan, PT. KAI memutuskan untuk berfokus pada satu jenis layanan saja yakni apa yang mereka sebut sebagai KRL Commuter Line, yang sebenarnya adalah jenis KRL yang dulu disebut sebagai KRL Ekonomi AC, namun dengan tarif yang jauh lebih mahal dan tingkat layanan yang lebih buruk.
Jelas, tujuannya semata volume, jumlah penumpang. Kepuasan pelanggan yang mereka sebutkan dalam misi tertulis mereka, tampaknya sama sekali tak terpikirkan saat membuat strategi dan mengaplikasikannya dalam KRL 'Commuter Line' yang berhenti di setiap stasiun ini.
Selain KRL 'Commuter Line' (bahkan membuat istilahpun mereka salah! ), KRL Ekonomi masih ada, tapi jumlahnya jauh dikurangi. Frekwensi perjalanannya menyusut, dengan ketidak pastian yang sangat tinggi, sebab seringkali hanya beberapa menit sebelum keberangkatan, ada pengumuman bahwa perjalanannya dibatalkan.
Namun, begitulah, walau sangat jauh dari kata puas dan dengan berjuta gerutuan, aku masih juga sering naik KRL.
Begitu juga malam itu.
Angan tentang rumah yang menyenangkan, tawa canda suami dan anak- anak yang hangat memenuhi benakku mengeliminir beragam ketidak nyamanan dalam KRL yang kutumpangi.
Kerumitan naik KRL yang tak nyaman malam itu masih harus ditambah dengan kerepotan transit dan menyambung kereta, yang disebabkan oleh adanya keputusan membuat jalur melingkar- lingkar sementara sebetulnya jumlah gerbong kereta belum memadai, PT. KAI menambah kesengsaraan penumpang dengan memenggal jalur perjalanan. Banyak jalur di jam- jam sibuk yang dulu merupakan satu jalur panjang menuju tujuan utama dipenggal di tengah- tengah dan penumpang harus berganti kereta di stasiun tertentu.
Jangankan kenyamanan. Keamananpun tak lagi menjadi kriteria.
Naik turun peron yang tinggi, berlari- lari menyebrang rel di setasiun dengan kereta yang lalu lalang, menuju kereta sambungan nun jauh di jalur di sisi yang lain, dengan jadwal yang juga tak cukup sesuai ( belum lagi ditambah dengan keterlambatan KRL atau, yang ajaib, kadangkala, malah terlalu cepat ), sungguh menunjukkan betapa kacaunya logika perancang dan pembuat keputusan di PT. KAI.
Dan...
Malam itu, ternyata akan menjadi malam yang sulit dilupakan...