Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cegah Kekerasan Seksual Terhadap Anak

20 April 2013   01:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:55 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kali ini tentang kekerasan seksual terhadap anak.

YA, terhadap anak.

Kekerasan seksual bukan hanya dapat terjadi pada perempuan dewasa, tapi juga pada kanak- kanak, termasuk balita, baik perempuan maupun laki-laki.

Mari kita samakan dulu persepsi tentang apa definisi kekerasan seksual terhadap anak.

Definisinya adalah jika ada kegiatan atau aktivitas seksual yang dilakukan oleh anak lain yang lebih besar atau orang dewasa, seperti : menunjukkan diri atau kemaluannya, membelai/ meremas- remas anak atau melakukan pemerkosaan.

Tentu tidak seorangpun dari kita yang menghendaki hal-hal tersebut terjadi pada anak-anak yang kita cintai.


[caption id="attachment_248786" align="aligncenter" width="290" caption="Gambar: www.desicomments.com"][/caption]

Tentang kekerasan seksual, ada beberapa hal mendasar yang perlu kita lakukan.

Yang pertama adalah meningkatkan kewaspadaan dalam pengasuhan anak. Sadari dimana kita berada. Sadari bahwa ada kemungkinan anak dibujuk atau diancam oleh pelaku kekerasan seksual itu. Jika harus meninggalkan anak dalam pengasuhan orang lain, lakukan pengecekan secara berkala untuk memastikan bahwa semuanya aman.

Hal berikutnya yang perlu dilakukan adalah mendidik diri kita sendiri sebagai orang tua, untuk dapat membobol kendala mental kita tentang pendapat bahwa seks itu tabu.

Banyak dari kita dibesarkan dalam faham bahwa seks itu tabu atau saru, dan tidak pantas dipercakapkan. Kita harus dapat mengatasi dan melangkahi kendala ini, karena jika saat ini kita sudah menjadi orang tua, maka kita harus mampu membicarakan hal ini dengan anak, serta membuat batasan dan penjelasan pada orang- orang yang mengasuh anak kita.

Tentu saja, selain perlu mengatasi kendala mental ini, kita juga perlu membekali diri dengan pengetahuan yang benar dan cukup mengenai seks sehingga dapat memberikan penjelasan yang baik dan benar pada anak- anak dan/atau orang-orang di sekitar anak, terutama yang terlibat dalam pengasuhan anak.

Selain itu, ada hal lain yang juga tak kalah penting, yaitu menggalang kerjasama di dalam dan di luar rumah dengan pasangan kita, dan dengan semua orang yang terlibat dalam pengasuhan anak kita ( kakek/nenek, tante, oom, baby sitter, pembantu, supir, termasuk dengan sekolah dan tetangga, agar semua pihak dapat berhati- hati dan saling memperhatikan, membantu dan menjaga anak- anak di sekitar lingkungan ).

Yang diuraikan tadi adalah mempersiapkan diri dan lingkungan untuk mencegah kekerasan seksual terjadi pada anak- anak.

Setelah itu, ada hal lain yang sangat penting untuk dilakukan.

Apa?

Tentu saja, mempersiapkan anak- anak. Agar mereka mengerti dan dapat menjaga diri.

Bagaimana caranya?

Yang pertama, kiat klasik: komunikasi-komunikasi-komunikasi.

Tingkatkan komunikasi dengan anak.

Dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan anak- anak, ada beberapa hal positif yang dapat dicapai, yaitu anak- anak akan dapat memiliki kesadaran dan ketajaman perasaan terhadap apa yang mungkin terjadi terhadap dirinya serta dapat pula meningkatkan harga dan kepercayaan diri anak.

Katakan pada anak saat bercakap-cakap dengan mereka tentang peristiwa-peristiwa kekerasan seksual dan apa hal- hal yang banyak terjadi dan meminta mereka meningkatkan kewaspadaan. Hal yang penting dicatat orang tua adalah untuk menyampaikan hal ini sesuai tahapan usia dan pengertian anak, serta melakukannya dalam suasana rileks dan ekspresi yang menyenangkan, dengan nada suara yang lembut dan rendah.

Tanamkan pula pengertian pada anak bahwa diri dan tubuhnya adalah hal yang sangat berharga bagi dirinya dan keluarganya. Dan karenanya dia harus menjaga dan memeliharanya dengan baik.

Setelah itu, ajarkan pada anak, mulai sejak usia mereka balita, tentang jenis- jenis sentuhan yang berbeda dan bagaimana cara bereaksi terhadap sentuhan itu.

Katakan pada anak- anak bahwa ada tiga macam jenis sentuhan, yaitu sentuhan yang pantas, sentuhan yang membingungkan dan sentuhan tidak baik.

Sentuhan yang pantas yaitu sentuhan yang dilakukan seseorang karena kasih sayang. Misalnya, mengusap, membelai kepala, membedaki badan.

Sentuhan yang membingungkan adalah sentuhan yang merupakan kombinasi antara kasih sayang dan nafsu. Misalnya, mula- mula mengelus kepala, memeluk- meluk, lalu tangannya meraba bagian tubuh dari bawah bahu sampai atas dengkul.

Ajarkan pada anak bahwa bagian tubuh dari bawah bahu sampai atas dengkul adalah bagian sangat pribadi dari tubuhnya yang tidak boleh disentuh orang lain.

Sentuhan tidak baik adalah jika seseorang meraba- raba paha, dada atau bagian yang dekat dengan kemaluan.

Ada hal penting lain, yaitu ajarkan pada anak untuk mempercayai perasaannya.

Kita dapat mengatakan pada anak bahwa saat manusia diciptakan, dibekalkan pula pada manusia perasaan dan naluri yang tajam. Bekal ini dapat digunakan untuk mengenali bagaimana perasaan dan perlakukan orang lain terhadapnya. Atas dasar itu, anak dapat diajarkan atau dilatih untuk membedakan berbagai macam perasaan yang dialaminya saat dia bertemu seseorang, apakah itu perasaan yang menyenangkan, membingungkan atau menakutkan. Katakan pada anak untuk mempercayai apa yang dikatakan nuraninya ini.

Last but not least, ajarkan pada anak untuk mengatakan "tidak", "tidak mau" dan "jangan begitu" jika ada anak lain yang lebih besar atau orang dewasa yang berbuat tidak pantas padanya.

Sebagai orang tua kita sering mengajarkan pada anak untuk patuh pada orang dewasa lain, dan mendengarkan apa yang dikatakan orang yang lebih besar dari mereka. Kali ini, di pihak lain, kita harus pula menjelaskan pada anak bahwa dalam keadaan tertentu, tergantung perbuatan orang itu dan berlandaskan pertimbangan perasaannya, anak boleh mengatakan tidak, tidak mau atau jangan begitu pada orang dewasa atau anak yang lebih besar dari mereka, terutama jika anak merasa bahwa hal itu diperlukan untuk melindungi dan menjaga dirinya.

Artinya: ada PR lain yang tak kalah pentingnya untuk dilakukan oleh para orang tua, yaitu untuk membentuk anak-anak menjadi seseorang yang menerima dirinya sendiri dan percaya diri. Hanya saat seseorang memiliki self acceptance yang baik dan percaya pada dirinya sendiri akan dapat dengan nyaman mempercayai apa yang dikatakan nuraninya dan menggunakan apa-kata-nurani itu sebagai 'petunjuk jalan'.

p.s:

Tulisan ini menggunakan brosur dari Yayasan Kita dan Buah Hati tentang cara menghindarkan anak- anak, terutama balita dari kekerasan seksual sebagai referensi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun