Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pengalaman Menjadi Kontributor dan Ghost Writer untuk Penerbitan Buku

15 Juni 2013   22:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:58 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1371308044606177985

KENDATI sudah memasuki jaman digital, masih banyak pihak yang merasa perlu untuk membuat dan menerbitkan buku yang dicetak. Melimpahnya informasi baik di dunia maya maupun nyata mempermudah seseorang membuat buku.

Tentu, buku yang dicetak itu harus dibuat atau ditulis sendiri. Informasi yang didapat harus disebutkan sumbernya. Dan jika ada pihak yang terlibat, seharusnya juga disebutkan.

Seorang kawan, sebut saja namanya M, pernah menceritakan pengalaman pahitnya saat menjadi kontributor untuk penulisan sebuah buku.

Penulis buku itu dulu bersahabat dengannya dan M membantu mewawancarai beberapa orang yang kisah hidupnya sesuai dengan topik buku yang akan ditulis. Diantaranya adalah para perawat gajah di suatu pusat konvervasi.  Wawancara dan penulisan hasil wawancara sepenuhnya dilakukan oleh M yang memang mengenal para perawat gajah tersebut. Orang yang namanya tertulis sebagai penulis buku tersebut tak mengenal orang- orang yang diwawancara M dan tidak pula pernah berkomunikasi langsung dengan mereka.

Belakangan, persahabatan M dengan sang penulis buku retak.

Buku itu terbit dan beredar di toko buku setelah retaknya persahabatan tersebut. Yang terjadi sungguh tak elok, sebab M lalu mendapati bahwa hasil wawancara yang dilakukan dan ditulisnya tetap dimuat di dalam buku, namun namanya sama sekali tak disebut- sebut sebagai kontributor penulisan, bahkan dikesankan disana bahwa sang penulis buku bertemu sendiri dengan para perawat gajah itu. Orang yang namanya ditulis sebagai penulis buku mengakui hasil kerja dan tulisan M sebagai tulisannya sendiri.

Kontribusi M dinihilkan.

M meradang. Menurutnya, itu sangat tidak etis. Dia tak mengharapkan ucapan terimakasih, katanya, tapi demi etika intelektual, atau apapun namanya, selayaknyalah tentu nama M disebutkan dalam buku tersebut, bukan?

***

[caption id="attachment_260379" align="aligncenter" width="441" caption="Gambar: paperbacksbooks.com "][/caption]

Kebetulan aku sendiri punya pengalaman yang serupa tapi tak sama dengan M.

Beberapa tahun lalu, seorang teman, anggaplah bernama Jimmy, menghubungi aku. Dia berencana membuat buku tentang sebuah event lingkungan berskala internasional yang digelar di Indonesia. Dia meminta aku menjadi kontributor.

"Poin-poin yang akan dimasukkan nanti aku kirimkan lewat email," kata Jimmy melalui telepon genggam.

Berdasarkan panduan yang dikirim Jimmy di email, aku melakukan riset kecil-kecilan di google, mewawancarai beberapa nara sumber melalui telepon dan kemudian menuliskannya.

Setelah selesai aku mengirimkan tulisan itu melalui email. Di akhir naskah aku tulis ' Jimmy tolong diedit lagi dan disesuaikan dengan gaya bahasamu..."

Setelah itu aku tak pernah menerima informasi dari Jimmy, hingga suatu ketika, lebih dari setahun setelah kukirimkan tulisanku padanya, Jimmy menghubungi aku dan mengajak ketemu.

Kami bertemu di sebuah resto ice cream di sebuah mall ternama.

Sesaat setelah bertemu, sambil tersenyum Jimmy berkata," Buku yang kita buat sudah diterbitkan. Aku tulis nama kamu sebagai kontributor..."

Setelah aku lihat, di halaman balik cover memang tertulis namaku sebagai kontributor, bersama satu orang lain yang tak aku kenal. Dan ternyata tak hanya itu. Namaku ikut tertulis dalam bab 'Ucapan terima kasih', berada dalam satu paragraf bersama beberapa kerabat dekatnya. Tulisan yang aku buat dijadikan satu bab. Di bagian akhir tulisan itu tertera kalimat: bab ini dibuat khusus oleh... (tertulis namaku).

Terus terang aku agak terkejut. Ketika menghubungi Jimmy tak pernah bilang kalau namaku akan ikut ditulis. Tadinya aku pikir bahwa kontributor itu hanya sekedar membantu menulis dan memperbanyak data.

Aku kemudian membaca kembali tulisanku. Dan aku heran karena tak ada yang diubah.

"Kenapa tulisanku tidak kamu edit?" tanyaku.

"Kenapa harus diedit? Aku menghubungi kamu karena gaya menulis dan gaya bahasa kita sama. Jadi apa yang kamu tulis itu sudah final!!!"

Wah...

Dan beberapa saat setelah berpisah, aku menerima SMS dari Jimmy. Yang bertuliskan:

"Oh ya lupa. Tolong sms nomor rekening kamu ya? Hehe ;) "

Dengan teman seperti Jimmy, apakah aku akan menolak ketika dia mengajak aku menjadi 'ghost writer' dan konsultan media pada pilkada di sejumlah daerah? ;)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun