Entah logika siapa yang jungkir balik
AKU sungguh kehabisan kata- kata.
Ini masih tentang mbak S, asisten rumah tangga kami. Dan akte kelahirannya.
Waktu terus berputar, berjalan mendekat ke tanggal dimana kami merencanakan berangkat umroh dengan mengajak mbak S itu.
Tingkat kesulitan sudah bertambah terkait budget, sebab ternyata rupiah melemah dan nilai tukar dollar terhadap rupiah melonjak begitu tinggi.
Waduh.
Dana yang tadinya kupikir cukup dan telah kusisihkan juga sedikit untuk uang saku, terancam menjadi sangat pas- pasan bahkan kurang karenanya.
Tapi baiklah. Yang itu sedang dicoba ditanggulangi dengan cara mencari di setiap pos lain yang telah kusisihkan, siapa tahu masih ada dana- dana yang bisa aku gunakan untuk menambahi dulu.
Jadi urusan itu sementara bisa 'diparkir'.
Namun...
Tarrraaaaaaaaa...
Logikaku tersandung- sandung bingung, ketika urusan akte kelahiran asisten di rumah tidak juga rampung.
[caption id="attachment_261199" align="aligncenter" width="479" caption="Gambar: ki.or.id"][/caption]
Kantor catatan sipil berkilah ini dan itu tentang pengurusan akte ini. Sulitnya bukan main untuk mengeluarkan surat keterangan lahir mbak S. Karenanya, kami belum juga bisa mengurus passport mbak S sebab akte itu dibutuhkan untuk pengurusan passport.
Logikaku sungguh tak lagi bisa menjangkau, mengapa begitu sulitnya ya membuat surat yang menerangkan bahwa seseorang yang nyata ada di dunia bahwa dia pernah dilahirkan?
Adakah alternatif lain bagi seorang dewasa yang hidup bahwa pada suatu hari dulu dia pernah dilahirkan ke dunia ini sehingga selembar kertas keterangan itu ditahan- tahan oleh kantor catatan sipil walau semua persyaratan yang diminta telah dipenuhi?
Mungkin para petugas di kantor catatan sipil itu punya teori sendiri tentang bagaimana manusia bisa ujug- ujug ada tanpa pernah lahir ya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI