Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Video Panas

28 Februari 2013   06:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:33 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang pengaruh (dan terpengaruh).

Pernah nonton pertunjukan hipnotis?

Aku yakin kebanyakan dari kita pernah menonton pertunjukan semacam ini, baik di televisi atau secara langsung di panggung pertunjukan, dan melihat bagaimana orang- orang yang dihipnotis tersebut mengatakan sesuatu yang kadang- kadang berbeda dengan apa yang dikatakannya saat dia sudah tidak dalam keadaan terhipnotis.

Bukan hanya mengatakan, tapi orang dalam keadaan terhipnotis di panggung hiburan juga dapat melakukan hal- hal yang tampak lucu, misalnya terkaget- kaget karena sabuk yang digunakannya sendiri dipercayainya sebagai ular seperti yg dikatakan oleh sang ahli hipnotis.

Namun ada satu hal yang perlu dicatat. Dan ini akan tampak jelas jika kita menghadiri suatu pertunjukan hipnotis lalu pembawa acara yang ahli hipnotis mengajak semua penonton untuk mengikuti permintaannya. Dengan kata lain, dia hendak menghipnotis semua penonton.

Biasanya di saat-saat seperti itu, akan tampak bahwa tidak semua orang yang hadir disana berhasil dihipnotis, sejago apapun orang yang melakukan hipnotis tersebut.

Pernahkah terpikir, sebetulnya apa yang membuat sebagian orang bisa dan sebagian lainnya tidak bisa dihipnotis?

Kuncinya sederhana: orang- orang yang tidak berhasil dihipnotis memang tidak mau dihipnotis. Mereka tidak mengijinkan sugesti yang diberikan untuk menembus pikiran mereka.

Seseorang yang tidak bersedia dihipnotis tak akan dapat dihipnotis.

Hal ini juga pernah dikatakan oleh seorang entertainer yang populer dengan pertunjukan sulap dan hipnotisnya. Dia pernah berkata bahwa hipnotis hanya akan berhasil jika orang yang dihipnotis itu memang menginginkan dan mengijinkan itu terjadi. Jika tidak, maka hipnotis tak akan dapat dilakukan.

Pernyataan itu sesuai dengan apa yang pernah disampaikan oleh seorang fasilitator ketika aku mengikuti training tentang Influencing Skills. Kalimat pertama yang dikatakan oleh sang fasilitator adalah bahwa influence hanya akan berhasil dilakukan jika orang yang kita hadapi memang bersedia untuk dipengaruhi. Jika sejak awal seseorang memang sudah tak bersedia, maka teknik apapun yang digunakan tak akan berhasil mempengaruhi orang tersebut.

Nah, lalu mengapa sebenarnya aku menuliskan topik ini sekarang?

Hmmm... bukan bukan karena aku akan mengajarkan seni melakukan hipnotis atau membagikan materi presentasi tentang Influencing Skills, tapi ini sebetulnya masih berhubungan dengan topik yang sering menimbulkan gonjang- ganjing: video panas ( terutama jika yang ada di dalam video tersebut adalah orang yang dikenal publik, seperti misalnya video yang melibatkan seorang penyanyi dan artis terkenal beberapa tahun yang lalu.)

***

[caption id="attachment_239363" align="aligncenter" width="509" caption="Gambar: www.askthejudge.info"][/caption]

Hipnotis. Video panas.Memang apa hubungan antara keduanya?

Oh, begini lho... Biasanya, jika ada video panas yang beredar, setelah itu akan ada banyak pembahasan, komentar, diskusi terjadi dimana- mana, dan salah satu topik yang sering disebut- sebut adalah bahwa video tersebut dapat mempengaruhi tingkah laku para anak- anak dan remaja di sekitar kita.

Lalu, akan muncul pertanyaan serupa ini: bagaimana mencegah agar anak- anak dan remaja tidak meniru apa yang ada di dalam video tersebut? Apa yang harus dilakukan oleh para orang tua?

Ini pendapatku.Mungkin terdengar agak getir, tapi inilah yang sekarang aku percayai: bahwa orang tua, pada suatu titik tertentu, ketika seorang anak sudah remaja atau dewasa, tak akan lagi dapat mempengaruhi tingkah laku anak tersebut. Tak akan lagi mungkin dapat juga dibaca sebagai bisa, tetapi power yang dimiliki oleh orang tua akan berkurang, tak lagi sebesar ketika anak- anak tersebut masih sangat kecil.

Sebab anak- anak remaja, apalagi yang sudah mulai memasuki usia dewasa muda, sudah memiliki pendapat dan keinginan sendiri, dan sedikit banyak sudah membentuk nilai- nilainya sendiri.

Dan adalah fakta bahwa orang tua tak mungkin selalu bisa berada setiap detik di sisi anak(-anaknya) untuk mengawasi tingkah laku mereka.

Jadi, kesimpulannya, jika pertanyaannya adalah bagaimana mencegah agar anak- anak dan remaja tidak meniru tingkah orang-orang yang ada di dalam video itu yang melakukan free sex, maka jawabannya hanya satu: hanya mereka sendiri yang akan dapat mencegahnya. Bukan orang tua mereka.

Eits, sebentar jangan protes dulu. Aku tidak mengatakan bahwa orang tua tidak bisa punya andil dalam hal ini.

Tentu saja bisa.

Kuncinya bukan pada kata bisa atau tidak bisa, tapi kapan dan bagaimana.

Jadi, kapan dan bagaimana?

He he he sebentar ya, aku posting dulu tulisan ini. Nanti ( atau besok, atau besoknya lagi? Ha ha ha) kubuatkan sambungannya.

Tapiiii sebelum aku membuatkan sambungannya, aku yakin teman- teman yang membaca blog rumahkayu ini juga punya pendapat tentang hal ini.

Jadi boleh kami tahu bagaimana komentar teman- teman tentang hal ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun