Lalu.. datanglah hari itu. Hari ketika aku sedang berbincang, bercerita ini dan itu pada sahabat karibku, tetangga yang rumahnya berhadapan dengan rumahku.
Keluarga sahabat karibku ini merayakan Natal. Di rumah merekalah aku setiap tahun dengan gembira memandangi pohon Natal yang meriah dengan beragam hiasannya itu.
Tapi, mereka tak pernah mendapat kado dari Sinterklaas.
Dan hari itu, saat kuceritakan dengan gembira , tentang apa isi kado dari Sinterklaas yang kuperoleh, kawan karibku itu mengatakan padaku bahwa sebenarnya Sinterklaas itu tidak ada, bahwa kado- kado dari Sinterklaas itu sebenarnya disediakan oleh orang tua masing- masing.
" Siapa yang bilang, " tanyaku.
" Mami," jawabnya singkat.
Hmmm. Aku tak hendak percaya apa yang dikatakannya. Lalu, hari itu kuceritakan pada ibuku apa yang dikatakan kawanku itu dan apakah yang dikatakannya benar.
Ibuku menggeleng saat itu.
Tidak, katanya, kadonya benar koq dari Sinterklaas, bukan dari bapak dan ibu.
Dengan senang hati kuterima penjelasan ibuku itu. Lalu saat bertemu kembali keesokan harinya, kuceritakan pada kawanku, telah kudapat keterangan bahwa Sinterklaas itu benar ada. Bahwa kado itu benar datang dari Sinterklaas, bukan dari orang tua.
" Tidak," kata kawanku, " Kata mamiku tidak begitu. Sinterklaas itu tidak ada ! "