Selain topik yang disukai, inspirasi juga bisa muncul dari peristiwa aktual. Sebagai contoh, suatu ketika dalam antrian di bank di dekat saya duduk seorang kakek renta, usianya mungkin sudah mendekati 80 tahun. Melihat si kakek, pikiran ‘fiksi’ saya berjalan dan berandai-andai: Bagaimana jika si kakek tiba-tiba semaput dan tewas? Hmmm… Terdengar agak kurang ajar memang tapi itu kan hanya berandai-andai?
Tapi kakek yang meninggal dalam antrian di bank mungkin tidak terlalu luar biasa. Saya kembali berimajinasi: Bagaimana jika sebelum meninggal dunia, si kakek menyelipkan secarik kertas kumal kepada saya?
Apa yang tertulis di kertas kumal itu tergantung mau dibawa ke mana cerita itu. Jika akan dijadikan kisah keluarga, maka kertas itu mungkin berisi alamat anak tunggalnya yang 30 tahun terakhir tak pernah terdengar kabar beritanya. Atau mungkin juga alamat tujuh perempuan yang dulu pernah menjadi istrinya.
Jika kisahnya berbau spionase, maka isi kertas itu bisa saja adalah daftar nama anggota DPR RI yang diam-diam menjadi anggota perkumpulan Putih Lembayung, organisasi rahasia yang diam-diam menyokong sejumlah aksi teror di Tanah Air.
Jika kisahnya berbau aksi petualangan, maka kertas itu berisi petunjuk awal peta rahasia tempat harta karun peninggalan Mahapatih Gajah Mada disembunyikan.
Sayang, karena kesibukan, inspirasi yang muncul setelah saya bertemu si kakek di bank itu belum sempat dituangkan menjadi cerita. Jika kapan-kapan punya waktu, mungkin saya akan mengambil pendekatan aksi petualangan, kombinasi Indiana Jones dengan National Treasure. Sebagai pemanis mungkin akan saya hadirkan sosok perempuan cantik yang tak lain cucu si kakek.
Tantangan utama
Tantangan utama bagi penulis fiksi adalah bagaimana meyakinkan pembaca untuk memercayai kisah yang dipaparkan. Kesuksesan terbesar penulis fiksi adalah jika pembaca meyakini kisah khayalan itu sebagai sebuah kebenaran.
Bagaimana membuat sebuah kisah khayalan dipercaya sebagai nyata? Ada banyak cara. Antara lain dengan memasukkan sejumlah fakta yang benar-benar ada atau pernah dan sedang terjadi. Dengan mengombinasikan fakta dengan khayalan, pembaca bisa digiring untuk percaya bahwa kisah itu secara logika masuk akal. Dan bisa terjadi.
Contoh paling menarik adalah kisah Da Vinci Code yang dikarang Dan Brown. Kisah yang dipaparkan begitu mengejutkan dan luar biasa sehingga banyak pihak terhenyak. Paparan fakta dalam kisah itu begitu meyakinkan sehingga banyak yang menganggapnya sebagai kebenaran. Golongan tertentu yang anti dengan kekristenan bersorak gembira karena merasa telah menemukan bukti valid seputar kebohongan di balik agama Kristen. Beberapa kalangan Kristen juga menyikapinya dengan antara lain mengutuk, bahkan menganjurkan agar novel (dan kemudian film) Da Vinci Code diboikot.
Golongan anti kekristenan yang bersuka dan pihak Kristen yang mengutuk itu tidak tahu, bahwa kisah fenomenal Da Vinci Code dibangun berdasarkan dua kata kunci sederhana: Bagaimana jika….