Kelak ketika aku sudah menikah, pengalaman tersebut kuceritakan pada anak- anak dan entah mengapa, hal tersebut menjadi salah satu cerita favorit yang seringkali diminta untuk diceritakan ulang oleh mereka.
“ Bintang laut biru yang dilihat ibu dulu bagus ya, Bu? “ salah satu anakku bertanya.
Ini juga pertanyaan yang telah beribu kali diajukan dan beribu kali pula kujawab. “ Bagus sekali,” jawabku.
Lalu, “ Kena bulu babi itu sakit nggak, bu? “ Juga, pertanyaan yang entah telah berapa kali ditanyakan dan dijawab.
Dan di tengah perbincangan semacam itulah putri sulungku berkata ringan, “ Snorkeling, yuk, Bu…”
Hmmm…
Snorkeling?
Sebetulnya, kami pernah mengajak anak- anak untuk snorkeling. Dulu, bertahun- tahun yang lalu, di Lombok. Tapi memang mereka masih kecil saat itu. Dan menurut pengakuan anak- anak, memang mereka ingat bahwa kami pernah berlibur ke Lombok, tapi tak bisa mengingat bahwa ada acara snorkeling terlibat di dalamnya.
Kubicarakan hal tersebut pada suamiku. Kami menghitung anggaran dan mengatur waktu. Dan akhirnya, di sanalah kami saat itu berada. Di Bunaken, pada suatu hari Minggu yang cerah, berenang menikmati keindahan karang dan ikan- ikan.
Lalu, putri sulungku, anak yang mengusulkan untuk snorkeling saat liburan kali itu, yang justru bahkan saat kami menuju tempat dimana konon keindahan pemandangan laut itu makin bertambahlah yang mengusulkan untuk kembali saja ke perahu.
Usulan yang aneh…