Pagi menggeliat.
Di sebuah rumah yang terletak tak jauh dari pantai, suara- suara mulai terdengar.
Seperti di banyak akhir minggu, Pradipta, adik kembar dan para saudara sepupu serta orang tuanya sedang berkumpul bersama berkumpul bersama di rumah salah satu dari mereka.
Beberapa ratus meter dari sana, matahari mulai muncul dari garis batas samudra. Lidah- lidah air laut membasahi pasir. Ombak bergulung dan berdebur berulang- ulang.
Cintya dan Pratama, dibantu Respati, tampak membereskan tempat tidur yang mereka tempati semalam. Menarik seprai dan melipat selimut. Pradipta dan Kirana bergabung, membantu menggembungkan bantal- bantal. Radya cilik beserta si kembar Nareswara dan Nareswari berkeliaran sambil tak henti mengoceh di sekitar mereka.
Setelah tempat tidur rapi, Pradipta membuka travelling bag yang kemarin dibawa dari rumah dan mengeluarkan celana renang serta kaus, handuk dan topi serta beberapa barang lain lalu memindahkannya ke dalam ransel plastik yang akan dibawa ke tepi pantai nanti.
Dee dan Kuti memang melatih si kecil ini untuk bisa membereskan keperluannya sendiri, baik buku sekolah maupun keperluan baju ganti saat mereka akan berpiknik ke laut seperti ini, misalnya. Mereka percaya, kemandirian anak perlu dilatih sejak kecil. Latihan serupa juga diberikan pada para sepupu Pradipta oleh orang tua masing- masing.
Para orang tua yang sudah bangun sejak tadi sedang duduk- duduk bersama, berbincang sambil menanti waktu sarapan tiba.
Mereka mengobrol ngalor ngidul. Topik sepak bola yang ditonton semalam tentu saja masih muncul di dalam percakapan. Juga topik yang tak pernah terlewatkan, tentang sekolah anak- anak. Juga berbagai hal ‘ringan dan lucu’ lain, seperti yang diceritakan Ayah Respati tentang pengalamannya ketika baru- baru ini menghadiri peresmian sebuah proyek oleh seorang pejabat.
Sambil tertawa geli dia bercerita bahwa tampaknya bahan pidato sang pejabat dibuatkan teks-nya oleh salah seorang staff. Hal yang biasa dalam kaitan dengan pidato pejabat. Hanya saja, ha ha ha ha ha…
Kejadian lucu terjadi saat dia membuka pidatonya dengan ucapan “ Saudara Dua sekalian… “
Para undangan yang menghadiri acara hari itu saling pandang kurang mengerti dan setelah tahu apa pasalnya mencoba menahan senyum dan tawa. Sebab, ha ha ha… rupanya ada ‘kesalahan teknis’ ketika sang pejabat membaca teks yang dibuatkan oleh salah seorang staffnya itu.
Dalam teks tertulis kata- kata “ Saudara2 sekalian…” -- tentu saja maksudnya harus dibaca “ Saudara- saudara sekalian…” – yang dengan lucunya kemudian dibaca “Saudara Dua sekalian… “ oleh sang pejabat.
Ha ha ha.
[caption id="attachment_169174" align="aligncenter" width="402" caption="Sumber gambar: www.flong.com/projects/mouther/"][/caption]
Wirya, ayah Cintya dan Pratama terbahak- bahak mendengar cerita itu. Dia pernah mendengar cerita serupa.
Seorang kawan lama menceritakan padanya bahwa pada suatu hari istri sang kawan menghadiri acara di kantor suaminya. Entah apa acaranya, tapi terjadwal pidato oleh istri pucuk pimpinan di kantor tersebut.
Ada kisah kocak juga di sini, ketika sang istri pejabat membaca teks pidato yang (rupanya juga) dibuatkan oleh orang lain.
Kelucuan terjadi saat ibu ini membuka pidato hendak memberikan ucapan salam pada beberapa pejabat dan orang- orang tertentu di sana.
Teks pidato menunjukkan tulisan Yth. Bapak Kepala Anu… Yth. Ibu X, dan seterusnya di bagian pembuka pidato.
Dan…
Alih- alih menyebut Yang Terhormat Bapak Kepala Anu, Yang Terhormat Ibu X, dan sebagainya, sang istri pejabat yang dandanannya rapi dengan wangi parfum yang terhambur dari tubuhnya membuka pidatonya dengan kalimat yang membuat tubuh sebagian besar hadirin terguncang menahan tawa agar tak ada gelak tersembur keluar, sebab…
Istri pejabat ini membaca singkatan Yth. itu bukan sebagai Yang Terhormat tapi… "Ya Tuhan" !
Ha ha ha ha ha…
Tiga pasang suami istri tergelak- gelak mendengar cerita tentang "Ya Tuhan" yang lucu ini. Membuat anak- anak yang sedang memasukkan baju- baju ganti ke dalam ransel menoleh, ingin tahu apa gerangan yang terjadi sehingga para orang tua mereka tertawa terpingkal- pingkal di pagi yang hangat itu…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H