Para undangan yang menghadiri acara hari itu saling pandang kurang mengerti dan setelah tahu apa pasalnya mencoba menahan senyum dan tawa. Sebab, ha ha ha… rupanya ada ‘kesalahan teknis’ ketika sang pejabat membaca teks yang dibuatkan oleh salah seorang staffnya itu.
Dalam teks tertulis kata- kata “ Saudara2 sekalian…” -- tentu saja maksudnya harus dibaca “ Saudara- saudara sekalian…” – yang dengan lucunya kemudian dibaca “Saudara Dua sekalian… “ oleh sang pejabat.
Ha ha ha.
[caption id="attachment_169174" align="aligncenter" width="402" caption="Sumber gambar: www.flong.com/projects/mouther/"]
Wirya, ayah Cintya dan Pratama terbahak- bahak mendengar cerita itu. Dia pernah mendengar cerita serupa.
Seorang kawan lama menceritakan padanya bahwa pada suatu hari istri sang kawan menghadiri acara di kantor suaminya. Entah apa acaranya, tapi terjadwal pidato oleh istri pucuk pimpinan di kantor tersebut.
Ada kisah kocak juga di sini, ketika sang istri pejabat membaca teks pidato yang (rupanya juga) dibuatkan oleh orang lain.
Kelucuan terjadi saat ibu ini membuka pidato hendak memberikan ucapan salam pada beberapa pejabat dan orang- orang tertentu di sana.
Teks pidato menunjukkan tulisan Yth. Bapak Kepala Anu… Yth. Ibu X, dan seterusnya di bagian pembuka pidato.
Dan…
Alih- alih menyebut Yang Terhormat Bapak Kepala Anu, Yang Terhormat Ibu X, dan sebagainya, sang istri pejabat yang dandanannya rapi dengan wangi parfum yang terhambur dari tubuhnya membuka pidatonya dengan kalimat yang membuat tubuh sebagian besar hadirin terguncang menahan tawa agar tak ada gelak tersembur keluar, sebab…