Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Yang Ringan dan Lucu tentang ASI

25 Februari 2012   15:18 Diperbarui: 27 September 2015   08:23 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air Susu Ibu itu…

MEMBERIKAN Air Susu Ibu (ASI) pada bayi sungguh melibatkan banyak rasa. Ada berlimpah senang, bahagia, haru, dan di lain pihak, tak terhitung pula ‘kehebohan’ yang terlibat… Benar- benar ‘rasanya rame’ !

Selama menjadi ibu bekerja, tak terhitung betapa banyak 'tuduhan miring' yang terlontar baik dari orang- orang yang dikenal maupun tak dikenal. Hal yang biasanya kutanggapi dengan tawa saja.

Ah, pikirku, orang boleh saja berkomentar, tapi yang menjalani kan aku. Dan aku tak harus menjelaskan semuanya pada seisi dunia, bukan? Cara pandang tak berimbang banyak orang  -- baik laki- laki maupun perempuan, termasuk  orang- orang yang berpendidikan tinggi sekalipun -- pada para ibu bekerja sudah menjadi hal yang sangat biasa dan tak lagi menggangguku.

Komentar miring semacam itu, kurasa, dilontarkan sebab mereka tak paham bagaimana para ibu bekerja semacam aku sebenarnya setengah mati memeras otak mengupayakan agar banyak hal berjalan lancar.

Tapi sekali- sekali, 'senang' juga rasanya melihat bagaimana reaksi orang saat pandangan miringnya dijungkir balikkan. Seperti pada suatu saat ketika seorang lelaki yang rupanya memiliki pemikiran negatif terhadap perempuan bekerja berkomentar bahwa banyak perempuan sekarang melupakan kodratnya. Sibuk melakukan ini dan itu di luar rumah sehingga anak- anak terabaikan. Termasuk urusan ASI.

" Ya kan? " katanya padaku. " Ibu- ibu yang kerja itu biasanya nggak menyusui bayi, kan? Atau kalau menyusui juga paling- paling sebulan. Paling lama juga tiga bulan. " Kalimat itu diikuti dengan pertanyaan menantang, mempertanyakan padaku berapa lama kuberikan ASI pada anak- anakku.

Dan aku tersenyum lebar melihat bagaimana mimiknya ketika kukatakan bahwa aku mengupayakan untuk memberi ASI hingga dua tahun bagi anak- anakku. Dia tersipu malu dan berhenti mengomel seketika. Ha ha ha.

***

Kehebohan yang beragam rasanya, urusan- urusan bangun tengah malam, dan pernak- pernik mengurus bayi yang sudah biasa kita dengar, jika ditambah dengan urusan menampung ASI,  menjadi berlipat ganda... [caption id="attachment_165105" align="aligncenter" width="373" caption="Mothers Love. Foto: sebchuajr.multiply.com"][/caption]

Mari kita mulai cerita dengan menengok isi tas. Karena bertekad untuk tetap memberikan ASI setelah kembali bekerja seusai cuti hamil bagi anak- anakku, pada jam-jam tertentu di kantor kutampung ASI-ku.

Artinya, selama periode itu, aku harus membawa beragam ‘peralatan perang’ yang berhubungan dengan kebutuhan menyangkut ASI itu ke kantor. Jadi, jika saja tas yang kubawa ke kantor dibuka, maka akan terlihat bahwa isinya adalah kombinasi antara dompet, agenda, alat tulis, telepon genggam, laptop, buku, dan juga... botol susu, termos, wadah es batu, dan sebagainya.

Benar- benar seperti tas Doraemon deh: segala ada! Itu baru tas. Kehebohan juga akan terjadi jika ada situasi yang tak diharapkan terjadi, misalnya bagaimana jika listrik padam, padahal urusan penampungan ASI itu sangat tergantung pada keberadaan freezer ?

Kejadian mati listrik ini ada satu dua kali terjadi. Biasanya, situasi itu diamati dulu beberapa saat, diiringi harapan matinya hanya sebentar. Jika hanya sebentar, aman, sebab suhu freezer masih tetap cukup dingin untuk mempertahankan titik beku. Tapi jika setelah sekian menit listrik tak lagi juga kembali menyala, maka seluruh botol beriisi ASI yang sangat berharga itu akan dipindahkan sementara kedalam termos es dan berbalok- balok es batu akan ditaruh di dalam termos yang sama, untuk menjaga agar ASI tersebut tak mencair…

***

Selain urusan listrik, masih ada ‘kecelakaan’ lain yang jika dikenang sekarang sungguh lucu rasanya.

Ada suatu kejadian menggelikan yang masih kuingat hingga saat ini. Yaitu ketika pada suatu sore, saat pulang kantor, kubawa pulang botol berisi ASI yang kutampung di kantor di dalam tasku. Botol tersebut ditaruh di dalam termos kecil, dan seperti biasa, ada balok- balok es batu yang juga dimasukkan kedalam termos tersebut untuk menjaga supaya suhu dingin tetap dapat dipertahankan. ASI yang kubawa pulang dari kantor biasanya hanya dingin, tapi tidak beku.

Aku pulang ke rumah naik kereta. Dan sore itu, kutaruh tas berisi termos dimana botol susu berisi ASI tersebut di dalam rak barang di atas kepala. Kereta mulai berjalan. Aku baru saja hendak membaca buku ketika seorang Bapak yang duduk berdekatan denganku di dalam kereta tampak mengamati rak di atas kepalanya, seakan mencari sesuatu.

Kuperhatikan Bapak- bapak tersebut, dan... aduh, sungguh , ketika menyadari apa yang sebenarnya terjadi, aku setengah mati menahan tawa. (Juga menahan malu!) Ha ha ha. Jadi, begini kejadiannya. Setelah menatap ke atas kepalanya ke arah rak barang, Bapak tersebut berkomentar, “ Eh, apa ya yang netes dingin begini? ” Walaahhh !!! Ha ha ha. Ya ampunnnnnn… Hahahahaha…

Kuperhatikan tetesan yang dimaksud dan dengan tampang yang kubuat sangat tenang kuambil tas tersebut lalu kutaruh di pangkuanku. Bapak- bapak itu menatapku ingin tahu, apa sebenarnya isi tas yang kupegang itu. Aku tersenyum dan meminta maaf padanya, tapi tak ada penjelasan yang kuberikan. Berlagak pilon, tak kuceritakan sama sekali apa penyebab tetesan dingin tadi. Ha ha ha...

Dalam hati, aku geli sekali. Rupanya, es batu yang ada di dalam termos es tersebut, entah bagaimana tak terkemas rapi. Padahal es- es batu tersebut sebenarnya kumasukkan kedalam kantong plastik sebelum kutaruh di dalam termos. Nah, kali itu es batu tersebut mencair sedikit dan.. menetes keluar termos, kemudian tetesannya jatuh di tangan Bapak- bapak yang duduk di dekatku tadi.

Hahaha… Aiiiihhhhh, untunglah yang mencair dan menetes itu ’hanya’ es batunya saja, dan bukan ASI yang kutampung di kantor. Sungguh, aku lega sekali saat melihat bahwa tetesan tersebut berwarna bening dan bukan putih susu. Tak bisa kubayangkan jika yang menetes tersebut adalah ASI-ku. Bagaimana coba cara menjelaskan pada Bapak- bapak tersebut jika itu yang terjadi ? Ha ha ha…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun