Artinya, selama periode itu, aku harus membawa beragam ‘peralatan perang’ yang berhubungan dengan kebutuhan menyangkut ASI itu ke kantor. Jadi, jika saja tas yang kubawa ke kantor dibuka, maka akan terlihat bahwa isinya adalah kombinasi antara dompet, agenda, alat tulis, telepon genggam, laptop, buku, dan juga... botol susu, termos, wadah es batu, dan sebagainya.
Benar- benar seperti tas Doraemon deh: segala ada! Itu baru tas. Kehebohan juga akan terjadi jika ada situasi yang tak diharapkan terjadi, misalnya bagaimana jika listrik padam, padahal urusan penampungan ASI itu sangat tergantung pada keberadaan freezer ?
Kejadian mati listrik ini ada satu dua kali terjadi. Biasanya, situasi itu diamati dulu beberapa saat, diiringi harapan matinya hanya sebentar. Jika hanya sebentar, aman, sebab suhu freezer masih tetap cukup dingin untuk mempertahankan titik beku. Tapi jika setelah sekian menit listrik tak lagi juga kembali menyala, maka seluruh botol beriisi ASI yang sangat berharga itu akan dipindahkan sementara kedalam termos es dan berbalok- balok es batu akan ditaruh di dalam termos yang sama, untuk menjaga agar ASI tersebut tak mencair…
***
Selain urusan listrik, masih ada ‘kecelakaan’ lain yang jika dikenang sekarang sungguh lucu rasanya.
Ada suatu kejadian menggelikan yang masih kuingat hingga saat ini. Yaitu ketika pada suatu sore, saat pulang kantor, kubawa pulang botol berisi ASI yang kutampung di kantor di dalam tasku. Botol tersebut ditaruh di dalam termos kecil, dan seperti biasa, ada balok- balok es batu yang juga dimasukkan kedalam termos tersebut untuk menjaga supaya suhu dingin tetap dapat dipertahankan. ASI yang kubawa pulang dari kantor biasanya hanya dingin, tapi tidak beku.
Aku pulang ke rumah naik kereta. Dan sore itu, kutaruh tas berisi termos dimana botol susu berisi ASI tersebut di dalam rak barang di atas kepala. Kereta mulai berjalan. Aku baru saja hendak membaca buku ketika seorang Bapak yang duduk berdekatan denganku di dalam kereta tampak mengamati rak di atas kepalanya, seakan mencari sesuatu.
Kuperhatikan Bapak- bapak tersebut, dan... aduh, sungguh , ketika menyadari apa yang sebenarnya terjadi, aku setengah mati menahan tawa. (Juga menahan malu!) Ha ha ha. Jadi, begini kejadiannya. Setelah menatap ke atas kepalanya ke arah rak barang, Bapak tersebut berkomentar, “ Eh, apa ya yang netes dingin begini? ” Walaahhh !!! Ha ha ha. Ya ampunnnnnn… Hahahahaha…
Kuperhatikan tetesan yang dimaksud dan dengan tampang yang kubuat sangat tenang kuambil tas tersebut lalu kutaruh di pangkuanku. Bapak- bapak itu menatapku ingin tahu, apa sebenarnya isi tas yang kupegang itu. Aku tersenyum dan meminta maaf padanya, tapi tak ada penjelasan yang kuberikan. Berlagak pilon, tak kuceritakan sama sekali apa penyebab tetesan dingin tadi. Ha ha ha...
Dalam hati, aku geli sekali. Rupanya, es batu yang ada di dalam termos es tersebut, entah bagaimana tak terkemas rapi. Padahal es- es batu tersebut sebenarnya kumasukkan kedalam kantong plastik sebelum kutaruh di dalam termos. Nah, kali itu es batu tersebut mencair sedikit dan.. menetes keluar termos, kemudian tetesannya jatuh di tangan Bapak- bapak yang duduk di dekatku tadi.
Hahaha… Aiiiihhhhh, untunglah yang mencair dan menetes itu ’hanya’ es batunya saja, dan bukan ASI yang kutampung di kantor. Sungguh, aku lega sekali saat melihat bahwa tetesan tersebut berwarna bening dan bukan putih susu. Tak bisa kubayangkan jika yang menetes tersebut adalah ASI-ku. Bagaimana coba cara menjelaskan pada Bapak- bapak tersebut jika itu yang terjadi ? Ha ha ha…