Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Apakah Keberadaan Akun Bodong Selalu Negatif?

27 Februari 2012   13:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:52 945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1330348893778457849

Tentang akun bodong…

BEBERAPA kali sudah aku membaca posting berisi pembahasan tentang akun bodong di Kompasiana.

Istilah akun bodong ini diberikan untuk sebuah akun dimana pemilik akun tersebut biasanya hanya menggunakan akun tersebut untuk memberikan komentar, tapi tak menulis sebuah postingpun.

Akun- akun semacam ini dipandang negatif di Kompasiana sebab kebanyakan dibuat untuk memberikan komentar- komentar negatif pada pihak- pihak yang berseberangan pendapat. Beberapa akun juga ditengarai merupakan akun ‘kloningan’ dari akun lain di Kompasiana.

Konon, akun kloningan ini kebanyakan digunakan untuk ‘bertingkah’ atau ‘berkomentar’ aneh- aneh atau dengan nada yang agak miring secara anonim, sementara blogger yang sama beredar juga dengan nama lain, dan dengan sikap serta tutur kata yang lebih terjaga.

Karena latar belakang itulah tampaknya di Kompasiana akun- akun ‘bodong’ itu dipandang negatif.

Tapi benarkah akun bodong selalu negatif?

Sebenarnya tidak.

Akun bodong dipersepsikan negatif di Kompasiana sebab difungsikan dengan tak semestinya. Digunakan untuk menyerang, mengomentari negatif dengan berlebihan, memberikan kritik yang jauh dari konstruktif dan semacamnya. Jadi bukan akun bodongnya yang menjadi masalah, tapi penggunaannya.

Jika saja akun- akun bodong itu, walau pemiliknya tak pernah menuliskan sebuah postingpun digunakan untuk berkomentar tapi dengan kesantunan yang terjaga, dan juga jika berdebat menjaga agar perdebatan tetap berada pada konteksnya serta tetap ada pada koridor etika yang baik, menurut pendapatku, tak masalah memiliki akun bodong semacam itu.

***

Aku memiliki pengalaman dengan akun bodong.

Sebab aku sendiri pernah memilikinya.

Begini ceritanya…

Beberapa tahun yang lalu, secara tak sengaja aku ‘kesasar’ ke sebuah blog ( di tempat lain, bukan di Kompasiana ).

Posting yang dibuat pemilik blog itu pada suatu hari terpilih menjadi headline. Dan link-nya dimunculkan yang dimunculkan di halaman pertama sebuah portal berita.

Aku yang kebetulan hari itu mengunjungi portal tersebut tertarik dengan judul sebuah link yang terpampang di sana.

Lalu, kuikuti link tersebut.

Aku sendiri saat itu bukan termasuk orang yang suka membaca blog, apalagi memiliki blog. Jikapun ada kegiatan online, itu terbatas pada mengikuti mailing list kawan- kawan sesekolah dulu dan kadang- kadang menulis di sana.

Kawan- kawanku itu sebenarnya, melihat tulisanku, sudah berulang kali mengusulkan agar aku membuat blog saja. Usul yang tak pernah kutanggapi serius. Aku (merasa) terlalu sibuk dan tak punya waktu untuk hal- hal semacam itu.

Sampai, aku ‘tersasar’ ke sebuah blog sebab mengikuti link di portal berita itu. Aku masuk ke blog tersebut dan kubaca sebuah posting yang sangat menarik. Sedemikian menarik sehingga kuperhatikan alamat dimana blog itu berada.

Lalu sekali, dua kali, setelah itu, kukunjungi blog tersebut.

Sampai lama- lama ternyata aku sudah menjadi pembaca setia blog itu.

Silent reader, tentu saja.

Hingga beberapa bulan setelah itu, ada sebuah posting di blog tersebut yang membuatku sungguh gregetan ingin berkomentar. Dan ternyata, setting blog tersebut mengharuskan seseorang untuk memiliki userid untuk dapat menuliskan komentar.

Jadi, apa boleh buat, kubuat juga id itu.

Saat membuat id, aku bahkan memilih opsi untuk hanya memiliki id, tapi tak membutuhkan sebuah blog. Opsi itu memang ada disana.

Begitulah, dengan id yang kubuat tersebut, aku bisa berkomentar, tapi aku tak pernah menulis sebuah postingpun sebab memang tak memiliki blog.

Kudaratkan komentar pertamaku di blog tersebut.

Bukan komentar yang terlalu manis. Aku gregetan sebab sebetulnya aku memiliki pendapat yang agak berbeda dengan pemilik blognya. Betul- betul ketika aku menulis komentar itu sebenarnya aku ingin sekali menjitak blogger yang menulis posting tersebut. He he he.

Kunanti jawaban dari sang pemilik blog atas komentarku yang cukup pedas.

Dan sungguh diluar dugaanku bahwa komentar panjang yang -- walau bermaksud baik -- tapi tak manis itu, ternyata ditanggapi dengan santai dan bahkan diapresiasi oleh sang pemilik blog, sebab dia menuliskan jawaban atas komentarku dalam sebuah posting khusus.

Oh. Aku agak heran juga sebetulnya, he he he…

Hal itu terjadi berulang kali. Kutuliskan komentar yang lalu dijawab lagi oleh sang pemilik blog, seringkali hingga berkali- kali dalam satu posting sebab kadangkala aku menjawab lagi jawabannya itu.

Hingga kemudian kusadari bahwa walau gaya kami berbeda, sebenarnya kami bisa saling memahami jalan pikiran pihak lain. Dan dengan sendirinya pertemanan terjadi.

Aku sendiri terus menjadi komentator di blog tersebut. Komentar- komentarku, yang biasanya panjang, bahkan pernah lebih panjang dari postingnya sendiri selalu ditanggapi dengan baik oleh sang pemilik blog walau menurut dia sendiri komentar itu ‘kadang nyambung kadang tidak’ dengan posting yang dibuatnya. He he he.

Lalu…

Setelah sekian lama, mulailah bujukan- bujukan agar aku membuat blog muncul. Datangnya dari sang pemilik blog dan beberapa blogger lain yang sering juga membaca juga komentar- komentarku di blog tersebut.

Usul yang, lagi- lagi, kuabaikan. Aku merasa tak punya ide, tak tahu apa yang akan kutuliskan jika kubuat sebuah blog serta rasanya aku tak punya cukup waktu luang untuk menulis dan memelihara blog-ku jikapun kubuat blog itu.

Tapi akhirnya, pertahananku bobol. Aku teracuni dan ‘terjerumus’ juga. Ha ha ha.

Kubuat sebuah blog. Posting- posting pertama di blog yang kubuat itu, sebenarnya, adalah copy dari komentarku di kolom komentar blog yang sering kukunjungi itu. Baru setelah itu aku lalu membuat tulisan- tulisan baru.

Dan… sekitar satu setengah bulan setelah blog pertamaku itu berdiri, pada suatu hari, pemilik blog yang biasa kukunjungi itu dengan begitu saja mengajukan usul padaku untuk membuat blog duet.

Usul spontan yang kujawab dengan spontan pula: ayolah…

Dan begitulah mulanya, bagaimana blog rumahkayu berdiri.

Pemilik blog yang biasa kukunjungi itu adalah Fary, pemilik akun sukangeblog di Kompasiana, yang saat ini bersamaku mengelola blog rumahkayu.

Blog rumahkayu yang baru beberapa bulan terakhir ini kami aktifkan di Kompasiana, sebenarnya sudah berusia sekitar 3 tahun lebih beberapa bulan saat ini terhitung sejak mulai berdirinya dulu. Selama itu, kami telah menerbitkan beberapa ratus posting yang sebagian diantaranya telah diterbitkan dalam bentuk buku. Selain rumahkayu, kami bahkan juga telah membuat blog lain bergenre cerita silat, yaitu padepokanrumahkayu.

***

Lalu, selama tiga tahun menggawangi blog bersama itu, sudah berapa kalikah kami bertemu muka?

Ini jawabnya: sekali.

Benar, kami baru saling bertemu muka sekali, sekitar satu setengah tahun yang lalu.

Tentang pertemuan itu, kami sendiri sejak awal bercita- cita untuk mempertemukan kedua keluarga kami. Sebab kami ingin menjadikan persahabatan kami ini sebagai persahabatan dua keluarga.

Dan harapan itu terkabul. Pada sebuah liburan yang manis, kedua keluarga kami dipertemukan. Aku beserta suamiku, Fary dan istrinya, serta anak- anak kami saling bersua.

Pertemuan yang sungguh menyenangkan dan semoga akan pernah terjadi lagi suatu hari nanti. Entah kapan.

Sebab di dunia nyata, kami tinggal berjauhan.

Ada samudera yang membentang diantara kami. Ada jarak yang membuat pertemuan tak mudah dilakukan. Tapi itu tak menghalangi kami untuk tetap bersama- sama menggawangi blog rumahkayu. Jarak, ruang dan waktu tak pernah menjadi kendala bagi kami untuk berkolaborasi dan berkarya bersama.

Dan semua itu diawali dengan sebuah akun bodong...

*** gambar diambil dari: allvoices.com ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun