Aku tertawa- tawa. Kujawab, " Iya betul, ibu yang bikin. "
Anakku masih meragukan. Dia menanyakan pada para asisten rumah tangga kami apakah benar spaghetti dan macaroni schotel itu aku yang membuat, bukan mereka. Ha ha. Dia makin senang, saat mendapatkan konfirmasi bahwa memang akulah yang membuatkan spaghetti dan macaroni itu untuknya.
" Kan ada yang ulang tahun, " kataku tersenyum, " Jadi ibu yang masak. "
Anakku tertawa- tawa senang.
Sungguh, spaghetti dan macaroni buatanku itu sebetulnya standar saja. Kalaupun enak, mungkin semata seperti guyonan suamiku yang mengatakan masakan buatanku itu enak sebab bahan- bahannya sendiri sudah enak, jadi dimasak apa juga akan enak, he he he.
Dalam hal ini aku rasa, justru sebab aku tak bisa memasak, maka ketika kejutan yang kuberikan pada anakku adalah kiriman makanan buatanku sendiri, maka sesuatu yang standar itu menjadi istimewa baginya. Â Sebab standar yang dia harapkan dari aku tentang kualitas masakanku mungkin memang tak begitu tinggi. Coba kalau aku pandai memasak, mungkin apa yang terjadi pada hari itu akan diterima biasa- biasa saja olehnya. He he.
( Ini catatan error seorang ibu yang sampai hari ini tetap saja tidak pandai memasak, hehehehe... )
p.s. written for my daughter - with love
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI